Bojonegoro.iNews.id – Industri minyak dan gas (migas) di Indonesia masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Selama dua dekade terakhir, sektor ini telah menyumbang pendapatan negara sebesar Rp5.045 triliun, menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah sektor perpajakan.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Surodipuro, mengungkapkan bahwa pencapaian ini menjadi bukti nyata peran strategis sektor migas dalam menopang APBN.
“Sektor migas masih menjadi penyumbang penerimaan negara terbesar kedua setelah pajak,” ujar Hudi kepada media, baru-baru ini.
Berdasarkan data IMF tahun 2022 dalam laporan Indonesia Economy & Energy Demand Growth, Indonesia berada di peringkat ke-16 dunia dalam hal Produk Domestik Bruto (GDP). Peringkat tertinggi ditempati oleh Amerika Serikat, disusul Tiongkok dan Jepang.
Menurut Hudi, Indonesia menargetkan untuk masuk dalam lima besar ekonomi dunia pada tahun 2030. Untuk mencapai hal itu, Indonesia secara bertahap akan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
“Tahun 2030 kita targetkan masuk dalam 5 besar dunia. Konsekuensinya kita berlahan mengurangi energi fosil, dan beralih ke energi baru terbarukan (EBT),” ungkapnya.
Salah satu kontributor terbesar dalam produksi migas nasional adalah Kabupaten Bojonegoro, khususnya dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Kecamatan Gayam. Lapangan ini dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), perusahaan energi asal Amerika Serikat.
Saat ini, lapangan tersebut mampu memproduksi minyak mentah hingga 180 ribu barel per hari, atau sekitar 25 persen dari total produksi minyak nasional.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait
