SURABAYA, iNewsBojonegoro.id - Kerajaan Singasari berada di puncak kejayaannya di masa Raja Kertanegara. Di masa raja Kertanegara inilah Singasari juga mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Jayakatwang.
Raja Kertanegara yang bertakhta di Kerajaan Singasari dikisahkan memiliki darah Ken Arok dan Tunggul Ametung. Hal ini sebagaimana dikisahkan pada buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" dari Muhammad Syamsuddin.
Ayah Kertanegara yakni Wisnuwardhana, yang merupakan keturunan dari Tunggul Ametung, sedangkan sang ibu bernama Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wunga Teleng, putra sulung Ken Arok hasil pernikahannya dengan Ken Dedes. Waning Hyun sendiri memiliki gelar Jayawardhani. Raja Kertanegara memiliki istri bernama Sri Bajradewi, dan empat orang anak perempuan bernama Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.
Kertanegara awalnya terlebih dahulu diangkat menjadi yuwaraja atau semacam camat di Kediri pada 1254 Masehi. Kebetulan saat itu Kediri, merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari. Sementara Kerajaan Singasari diperintah oleh Raja Wisnuwardhana.
Saat memerintah ada dua gelar berbeda yang dicatat oleh dua prasasti berbeda. Berdasarkan prasasti Mula Malurung memiliki gelar Sri Maharaja Sri Lokawijaya Purusottama Wira Asta Basudewadhipa Aniwariwiryanindita Parakrama Murddhaja Namottunggadewa. Sementara berdasarkan prasasti Padang Roco yang bertarikh pada 1286, Kertanegara bergelar Sri Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmmottunggadewa.
Kertanegara sendiri naik tahta menjadi raja Kerajaan Singasari pada 1268 Masehi. Dikisahkan pada kitab Pararaton, Kertanegara adalah satu-satunya raja di Kerajaan Singasari yang naik tahta tanpa bertumpahan darah, alias secara damai. Padahal di era raja-raja sebelumnya, kudeta berdarah selalu mewarnai pergantian kepemimpinan di Kerajaan Singasari, sejak era Ken Arok.
Adanya garis keturunan dari Ken Arok dan Tunggul Ametung, ternyata mampu menghentikan pertumpahan darah para keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung ini. Konon saat bertahta ini pula Kertanegara punya keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan hingga seluruh nusantara.
Guna mewujudkan hal tersebut, Kertanegara melaksanakan ekspedisi Pamalayu atau yang berarti Perang Malayu, yang agenda utamanya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera, hingga dapat memperkuat pengaruh di Selat Malaka. Selat Malaka sendiri kala itu merupakan salah satu jalur ekonomi dan politik yang begitu penting saat itu.
Selain itu tujuan lain ekspedisi Pamalayu yang dicanangkan Kertanegara, adalah ingin membendung kekuasaan Mongol yang telah hampir menguasai seluruh daratan Asia. Konon saat itu, Kertanegara terkenal dengan raja yang memiliki wawasan politik global yang luas.
Sebagai catatan sejarah, ekspedisi Pamalayu ini juga untuk menjalin kekuatan dari kerajaan - kerajaan di kawasan Pulau Sumatera menghadapi Kekaisaran Mongol dari Dinasti Yuan, yang berkedudukan di Khanbalik, atau sekarang bernama Beijing. Saat itu Dinasti Yuan telah terkenal sebagai Dinasti Mongol, sedang melakukan ekspansi wilayah bahkan memiliki bentangan wilayah sangat luas, dari Korea hingga Rusia.
Kemudian Timur Tengah yang salah satu gerakannya adalah menghancurkan Dinasti Baghdad, pusat kekuasaan Abbasiyah dan Eropa Timur. Pada masa-masa itu Dinas Mongol juga berusaha mengadakan perluasan di antaranya ke Jepang dan Jawa. Jadi ekspedisi Pamalayu ini secara langsung ingin menghadang kehadiran armada Mongol masuk ke perairan Jawa.
Tak hanya berhasil menaklukkan Melayu, Kerajaan Singasari juga berhasil menguasai wilayah Pulau Bali. Penaklukan pulau Dewata ini konon terjadi pada 1284 Masehi, saat itu Kertanegara membawa raja Bali sebagai tawanan. Raja Bali itu dibawah menjadi tahanan menghadap ke Kerajaan Singasari.
Meski di awal sempat menimbulkan pro kontra di internal pejabat Kerajaan Singasari, nyatanya ekspedisi ini benar - benar terwujud. Kertanegara akhirnya mengirimkan sejumlah pasukan besar pada 1275 Masehi ke wilayah Melayu di bawah komando Kebo Anabrang.
Usaha Kertanegara ini akhirnya tak sia - sia, sebab pada 1286 bumi Melayu berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Singasari. Usai keberhasilan menaklukkan Melayu, Raja Kertanegara kembali mengirimkan utusan tambahan yang dipimpin oleh rakryan maha mantri Dyah Adwayabrahma, dengan membawa arca Amoghapasa.
Arca ini dimaksudkan untuk tanda persahabatan dan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Dharmasraya yang saat itu diperintah oleh sri maharaja srimat tribhuwanaraja mauliwarmmadewa.
Editor : Prayudianto