Ari Lasso Ngamuk ke WAMI Gegara Royalti, Bebaskan Lagu Diputar Gratis

JAKARTA, iNewsBojonegoro.id - Penyanyi senior Ari Lasso melontarkan kritik tajam terhadap Wahana Musik Indonesia (WAMI) usai menemukan dugaan kejanggalan dalam laporan distribusi royalti yang ia terima. Melalui akun Instagram pribadinya, mantan vokalis Dewa 19 itu mengungkapkan rasa kecewanya terhadap sistem manajemen WAMI yang dinilainya buruk dan merugikan musisi.
Ari menyoroti laporan royalti periode 2025-2-B (Juli) yang menurutnya tidak masuk akal. Ia hanya menerima pembayaran sebesar Rp765.594 setelah dipotong pajak, dari total pendapatan yang seharusnya mencapai puluhan juta rupiah.
"Saya bingung membaca dari sekian puluh juta yang menetes hanya Rp700 ribu. Saya telepon sahabat saya Mas Meidy Aquarius @meidif yang sempat di WAMI, dia pun juga bingung, dan menjawab gua udah nggak di WAMI," tulis Ari Lasso dalam unggahannya, Selasa (12/8/2025).
Dugaan Salah Transfer: Dana Masuk ke Nama Lain
Kekesalan Ari Lasso semakin memuncak setelah ia menemukan indikasi kesalahan transfer dalam laporan tersebut. Ia menunjukkan bahwa dana justru dikirim ke rekening atas nama Mutholah Rizal, bukan ke dirinya.
"Kekonyolan yang paling hebat adalah Anda transfer ke rekening Mutholah Rizal. Terus hitungan in laporan Ari Lasso itu punya saya atau punya Pak Mutholah Rizal. Atau itungan itu punya saya tapi WAMI salah transfer ke Mutolah Rizal," ungkap Ari.
Menurut Ari, kesalahan ini tidak bisa dianggap remeh. Ia menilai, ini adalah bentuk kelalaian serius dari lembaga yang seharusnya bertugas melindungi hak-hak musisi.
"Sebuah lembaga dengan manajemen yang (maaf) sangat buruk yang sangat berpotensi merugikan, bisa negara, dalam hal ini Dirjen Pajak, dan yang pasti merugikan banyak musisi anggota Anda," tambahnya.
Kritik terhadap Manajemen WAMI
Pelantun “Hampa” itu secara terbuka menilai WAMI sebagai lembaga yang tidak profesional dan kurang transparan. Ia bahkan menyarankan agar lembaga negara seperti BPK, KPK, atau Bareskrim melakukan audit terhadap sistem manajemen WAMI.
"Banyak permainan atau kecerobohan yang cukup layak rasanya untuk diperiksa lembaga negara dalam hal ini mungkin BPK, KPK, atau Bareskrim. Bukan untuk menghukum, tapi menjadikan @wami.id sebagai sebuah lembaga yang kredibel," ujar Ari.
Tegaskan Bukan Karena Serakah
Ari Lasso juga menanggapi kemungkinan anggapan publik yang menganggapnya serakah. Ia menegaskan bahwa yang ia lakukan adalah bentuk perjuangan atas haknya sebagai musisi.
"Saya bukan orang yang kemaruk dan serakah, tapi juga orang yang butuh uang sebagai hak wajar dari bagian kecil pelaku industri yang bisa membuat Anda menagih royalti ke sana sini," tegasnya.
"Dan saya bersyukur, saya juga performer yang masih bisa mendapat penghasilan dari manggung. Puji Tuhan," lanjutnya.
Ia juga menyentil WAMI dengan menyebut bahwa ketua lembaga tersebut saat ini adalah Adi Adrian, musisi yang selama ini ia kagumi. Ia pun meminta pencerahan atas kekacauan sistem yang terjadi.
"Dear @wami.id bagaimana cara Anda mengelola organisasi Anda? Katanya ketuanya sekarang musisi yang sangat saya kagumi, Mas Adi Kla @adiadrian22. Mohon pencerahan," tulis Ari.
Bebaskan Penggunaan Lagu, Kritik Sistem Royalti
Sebagai bentuk protes, Ari Lasso bahkan membebaskan para musisi panggung, penyanyi kafe, dan pengisi acara pernikahan untuk memutar lagu-lagunya tanpa membayar royalti.
"Untuk semua teman pemain band, penyanyi wedding, event, kafe. Saya membebaskan Anda memutar dan memainkan lagu-lagu hits saya. Silakan, percuma Anda membayar tapi pengelolaannya kayak gini," tegasnya.
Ari menutup pernyataannya dengan memberi apresiasi kepada Aquarius Musikindo, yang menurutnya memiliki sistem distribusi royalti paling transparan dan kredibel di Indonesia.
"Dalam hal transparansi dan kredibilitas @aquariusmusikindo menurut saya masih paling top! Cc mbak Ayu, bestie Rita, pak Budi," sebutnya.
Ia juga mengajak musisi lain untuk bersatu dalam memperjuangkan hak dan keadilan di industri musik.
"Wahai teman-teman musisi yuk bersatu. Siapa sebenarnya hantu blau ngangkang yang harus kita robohkan," tandas Ari.
Editor : Dedi Mahdi