get app
inews
Aa Text
Read Next : Awas! Dua Bibit Siklon Ancam Jatim, BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Sepekan

Belajar Bisindo dari Teman Tuli Bojonegoro: Ketika Gerakan Tangan Menyatukan Semua Kalangan

Jum'at, 12 Desember 2025 | 14:12 WIB
header img
Teman tuli Bojonegoro, saat mengajarkan bahasa isyarat. Foto: dok Pemkab

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Di sebuah aula yang biasanya dipenuhi rak-rak buku dan kegiatan literasi, Kamis (11/12/2025) siang itu terasa berbeda. 

Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Bojonegoro berubah menjadi ruang belajar inklusif, tempat berbagai kalangan—pegawai, guru, ibu rumah tangga, hingga anak-anak—duduk melingkar, siap memasuki dunia baru: dunia Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan. Bagi banyak peserta, ini adalah pertemuan pertamanya dengan bahasa yang tak mengandalkan suara, tetapi mengandalkan gerakan, ekspresi, dan rasa saling memahami.

Membuka Pintu Komunikasi bagi Semua

Kepala Dispusip Bojonegoro, Erick Firdaus, memulai sesi dengan sebuah refleksi. Ia menyadari bahwa pelatihan Bisindo masih sangat jarang diadakan, padahal urgensinya semakin tinggi.

“Bahasa isyarat dulu hanya digunakan komunitas tertentu, tapi sekarang sudah menjadi bahasa pendamping di banyak acara. Masyarakat berhak mendapatkan akses komunikasi yang sama,” ujarnya.

Erick menekankan bahwa kemampuan berbahasa isyarat dapat menjadi jembatan interaksi di situasi-situasi yang tak terduga. 

“Kita tidak pernah tahu kapan harus berkomunikasi dengan teman tuli. Dengan bisa bahasa isyarat, kita dipermudah untuk saling memahami,” lanjutnya.

Ia juga mengajak peserta untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang terbuka gratis untuk semua, baik datang langsung maupun melalui aplikasi E-Maos yang menyediakan lebih dari 3.500 judul buku digital.

Gerkatin Hadirkan Suasana Belajar yang Hidup

Kelas ini terselenggara melalui kerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia (Gerkatin) Bojonegoro. 

Dua penggawa pelatihan, Agung sebagai teman dengar dan Ugik sebagai teman tuli, berhasil menghadirkan suasana belajar yang hangat, penuh humor, dan saling mendukung.

Sesi pertama dimulai dengan pengenalan abjad Bisindo. Ugik menunjukkan setiap gerakan dengan sabar. Para peserta mengikuti dengan saksama; beberapa tertawa lega saat berhasil menirukan gerakan yang sebelumnya terasa sulit.

Ketika sesi permainan “copy isyarat” dimulai, suasana berubah menjadi riuh. Peserta berlomba menirukan gerakan cepat yang diperagakan di depan kelas. Tawa pecah di seluruh ruangan—sebuah bukti bahwa belajar bahasa isyarat tak hanya bermanfaat, tetapi juga menyenangkan.

“Belajar Bisindo Harus Penuh Ekspresi”

Di sela latihan, Ugik memberikan pesan penting. “Tidak perlu malu atau ragu. Bahasa isyarat itu harus penuh semangat dan ekspresif. Jangan takut salah,” ucapnya, sambil memperagakan gerakan dengan ekspresi wajah yang ceria.

Ia berharap semakin banyak masyarakat Bojonegoro yang tertarik mendalami Bisindo, mengingat saat ini jumlah penerjemah isyarat di daerah tersebut baru dua orang. 

Ugik juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk belajar lebih lanjut melalui Pusbisindo atau sesi belajar bersama yang sering ia adakan di Alun-Alun Bojonegoro dan di kelas Dunia Imajinasi.

Ruang Belajar yang Menguatkan Empati

Melalui kelas ini, Dispusip Bojonegoro ingin menghadirkan perpustakaan sebagai ruang yang lebih dari sekadar tempat membaca buku. Ruang ini adalah ruang empati—tempat masyarakat belajar memahami bahwa komunikasi adalah hak setiap manusia, tanpa kecuali.

Di akhir sesi, peserta tak hanya pulang dengan kemampuan baru, tetapi juga kesadaran bahwa bahasa, dalam bentuk apa pun, selalu memiliki kekuatan untuk mempertemukan manusia.

Editor : Dedi Mahdi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut