Bojonegoro.iNews.id – Kawasan Geopark Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, menjadi pusat perhatian publik, Sabtu (28/6/2025), saat digelarnya Festival Geopark dan Jambore Taruna Budaya Provinsi Jawa Timur 2025. Acara ini menjadi momen strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam menjaga kelestarian warisan geologi dan budaya, sekaligus menandai kesiapan Bojonegoro menuju pengakuan sebagai aspiring UNESCO Global Geopark tahun 2026.
Festival dibuka secara resmi dengan prosesi kirab menyambut Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, yang disambut tarian sakral Kayangan Api. Pertunjukan tersebut menggambarkan kekayaan budaya lokal dan legenda Empu Supa dari era Majapahit.
Hadir dalam acara tersebut antara lain perwakilan Kementerian Kebudayaan RI, Badan Geologi Kementerian ESDM, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, serta enam Badan Pengelola Geopark dari berbagai daerah seperti Marangin (Jambi), Ujung Kulon, Bayah Dome (Banten), Ijen, Tulungagung, dan Maratus. Jajaran Forkopimda, DPRD Bojonegoro, OPD, hingga camat se-Kabupaten Bojonegoro turut meramaikan acara.
Puncak acara diwarnai dengan pengukuhan kepengurusan baru Taruna Budaya Jatim dan penandatanganan kerja sama antar badan pengelola geopark.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro Welly Fitrama, dalam laporannya menyampaikan bahwa Bojonegoro telah berhasil mempertahankan status Geopark Nasional pasca revalidasi pada 10–15 Juni 2025. Dukungan pun datang dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang menyatakan komitmen untuk mendorong Bojonegoro menjadi aspiring UNESCO Global Geopark 2026.
Sementara, Kadisbudpar Jatim, Evi Afianasari, menekankan bahwa geopark tak hanya tentang batuan dan fosil, melainkan juga tentang manusia, bahasa lokal, upacara adat, serta narasi budaya yang hidup berdampingan dengan alam.
Wakil Bupati Nurul Azizah dalam sambutannya menjelaskan bahwa Geopark Bojonegoro mencakup 16 geo-situs, 3 bio-situs, dan 8 cultural-situs. Ia berharap festival ini dapat menjadi langkah konkret dalam proses menuju pengakuan UNESCO, sekaligus membuka peluang di sektor riset, wisata, dan pengembangan ekonomi lokal.
“Geopark bukan hanya soal alam, tapi juga tentang identitas budaya dan keberlanjutan. Jika Bojonegoro diakui UNESCO, ini akan menjadi lompatan besar bagi branding daerah,” ujar Nurul.
Festival ini dijadwalkan berlangsung hingga Minggu (29/6/2025), membawa pesan kuat akan pentingnya kolaborasi dalam merawat bumi, budaya, dan warisan bangsa.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait