BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengancam di Tengah Musim Kemarau, Waspada 12–18 Juli 2025

JAKARTA, iNewsBojonegoro.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia. Meskipun secara klimatologis musim kemarau telah dimulai, fenomena atmosfer global dan regional masih mendorong terbentuknya hujan lebat, angin kencang, hingga gelombang tinggi di laut.
Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau. Sementara itu, wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua justru masih berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang dalam sepekan ke depan.
Dinamika Atmosfer Masih Kompleks
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, beberapa faktor atmosfer seperti gelombang Rossby dan Kelvin, zona konvergensi, serta potensi sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik, terus memicu terbentuknya awan konvektif yang menjadi penyebab hujan deras dan cuaca ekstrem.
“Meskipun sudah memasuki pertengahan musim kemarau, dinamika atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat di banyak wilayah,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Ia menambahkan, intensitas hujan tinggi telah terjadi di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir. Pada 9 Juli, hujan harian di atas 50 mm tercatat di Nabire dan Kalimantan Barat. Sementara pada 8 Juli, hujan sangat lebat melanda Papua Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Maluku, dan Papua, memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, pohon tumbang, dan kerusakan infrastruktur.
Daerah Siaga dan Laut Berisiko Gelombang Tinggi
BMKG memperkirakan potensi cuaca ekstrem masih akan terjadi dalam periode 12–18 Juli 2025. Wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan berstatus siaga. Sementara itu, angin kencang berpotensi melanda Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku.
Di wilayah laut, kecepatan angin lebih dari 25 knot berpotensi menimbulkan gelombang tinggi di sejumlah perairan, seperti Laut Natuna Utara, Laut Flores, Laut Arafuru, Laut Banda, hingga Samudra Hindia selatan Jawa dan NTT.
BMKG Minta Masyarakat Tidak Lengah
Dwikorita mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang bisa datang tiba-tiba. Ia meminta masyarakat menghindari aktivitas di ruang terbuka saat terjadi petir, tidak berteduh di bawah pohon atau bangunan tua saat angin kencang, dan menjaga kesehatan mengingat potensi cuaca terik masih mungkin terjadi.
“Cuaca bisa berubah dengan cepat dan membawa dampak besar. Masyarakat harus tetap waspada, meskipun kalender menunjukkan musim kemarau,” tegasnya.
BMKG mengajak masyarakat dan pemerintah daerah terus memantau perkembangan cuaca melalui situs resmi, aplikasi InfoBMKG, serta kanal media sosial resmi @infoBMKG.
Editor : Arika Hutama