Daur Ulang Kreatif: Perempuan Tuban dan Bojonegoro Rajut Sampah Jadi Barang Mewah

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id – Siapa sangka, kantong plastik bekas yang biasanya berakhir di tumpukan sampah kini menjelma menjadi produk bernilai ekonomi tinggi di tangan para perempuan Bojonegoro dan Tuban.
Melalui kreativitas dan pelatihan yang terstruktur, ratusan ibu rumah tangga yang tergabung dalam komunitas Perempuan Indonesia Merajut (PRIMA) sukses menyulap sampah plastik menjadi gantungan kunci, dompet, hingga tas mewah.
Inisiatif ini lahir dari Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dan Penyandang Disabilitas 2025, hasil kolaborasi antara operator migas Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Yayasan Sri Sasanti Indonesia (YSSI).
Dalam program tersebut, para peserta tak hanya dibekali keterampilan teknis, namun juga dibukakan akses ke pasar, termasuk kemitraan dengan perusahaan perajut daur ulang dari Yogyakarta.
“Selama dua hari, kami latih 18 perajut kelas mahir di Desa Pungpungan, Kalitidu. Mereka sangat antusias, semangat, dan hasil karyanya mengesankan,” ujar Agustina Damayanti, perwakilan dari YSSI.
Pelatihan ini mengajarkan teknik mengolah kantong plastik menjadi bahan rajut. Meski memerlukan adaptasi karena teksturnya yang licin, hasil produk dari bahan ini tak kalah menarik dari benang rajut konvensional. Selain memiliki nilai jual tinggi, kegiatan ini juga menjadi solusi ekologis dalam mengurangi sampah plastik rumah tangga.
Hartini, Ketua Kelompok PRIMA Desa Pungpungan, mengaku senang produknya sudah diminati pasar. “Alhamdulillah, produk kami sudah dipesan oleh perusahaan dari Yogyakarta. Harganya antara Rp100 ribu hingga Rp500 ribu,” ucapnya.
Ia bersama kelompoknya kini giat mengumpulkan kantong plastik dari lingkungan sekitar. “Biasanya sampah ini dibakar. Sekarang, kami olah jadi sumber penghasilan,” tuturnya sambil tersenyum bangga.
Program ini merupakan kelanjutan dari inisiatif PRIMA yang telah berjalan sejak beberapa tahun terakhir. Hingga kini, lebih dari 400 perempuan di Bojonegoro dan Tuban telah merasakan manfaatnya.
Marshya C. Ariej, perwakilan dari EMCL, mengungkapkan kebanggaannya. “Kami yakin, kemandirian perempuan ini akan menjadi tonggak perubahan di masyarakat,” ucapnya.
EMCL berkomitmen untuk terus mendorong kemandirian masyarakat di sekitar wilayah operasi Blok Cepu. Program ini menjadi bukti bahwa pemberdayaan yang tepat sasaran bisa mengubah limbah menjadi kemakmuran, dan perempuan menjadi pilar transformasi komunitas.
Editor : Dedi Mahdi