Inovasi Hijau: Dosen Unigoro Ubah Ampas Tebu Jadi Penyerap Limbah Pewarna Tekstil
BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Inovasi ramah lingkungan kembali lahir dari dunia akademik. Dosen Kimia Universitas Bojonegoro (Unigoro), Erwanto, M.Si., berhasil mengembangkan adsorben silikalit hijau berbahan dasar ampas tebu untuk menyerap zat pewarna sintetis pada limbah cair industri tekstil.
Riset ini merupakan bagian dari skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) RI Tahun 2025.
Erwanto menjelaskan, banyak pelaku UMKM tekstil dan batik skala kecil belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) maupun sistem pengolahan limbah yang ramah lingkungan.
Karena itu, keberadaan material penyerap berbasis sumber daya alam dapat menjadi solusi yang terjangkau dan mudah diaplikasikan.
“Silikalit bisa berasal dari bahan kimia maupun bahan alam. Kita mencoba menggunakan ampas tebu. Ada empat tahapan untuk mengubah ampas tebu menjadi kristal adsorben,” jelasnya saat ditemui di Laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi Unigoro, Selasa (9/12/2025).
Proses pembuatan dimulai dari pengeringan ampas tebu selama dua hari, kemudian dicacah menjadi serbuk. Serbuk tersebut dibakar pada suhu 500 derajat Celsius hingga menjadi arang, lalu diproses kembali untuk menghasilkan abu silikat.
Abu ini diekstraksi sehingga menghasilkan gel sebagai bahan dasar pembentukan kristal.
“Masih ada proses lanjutan untuk kristalisasi agar mencapai hasil akhir material. Selama enam bulan penelitian tentu ada yang gagal dan tidak. Hasil akhirnya berupa material berpori berbentuk bongkahan kristal yang mampu menyerap zat warna sintetis,” ujarnya.
Dalam uji coba menggunakan zat warna Methylene Blue dan Rhodamin B kuning berkonsentrasi 20 ppm, material hasil penelitian menunjukkan kemampuan menyerap warna secara signifikan.
Warna cairan perlahan memudar hingga mendekati bening setelah ditambahkan kristal adsorben dan diaduk.
Erwanto menambahkan, semakin banyak material silikalit hijau yang digunakan, semakin besar daya serapnya. Namun ia menilai masih diperlukan tahapan pengembangan lanjutan, termasuk penggunaan pelarut yang lebih ramah lingkungan.
“Silikalit hijau ini berpotensi diaplikasikan dalam pengolahan limbah tekstil jika bisa diproduksi dalam skala besar,” tambah dosen yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kerja Sama Unigoro itu.
Saat ini, hasil penelitiannya yang berjudul Potensi Adsorben Silikalit-1 Hijau dari Limbah Ampas Tebu: Inovasi untuk Adsorbsi Pewarna Sintetik tengah dalam proses review di jurnal SINTA 2.
Erwanto berharap inovasi tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat memberi solusi nyata bagi pengelolaan limbah tekstil di Indonesia.
Editor : Dedi Mahdi