Kampung Adat Malasigi, Penjaga Burung Cenderawasih yang Dihidupkan Warga dan Alam Papua

Dedi Mahdi
Potret warga di Wisata Kampung Adat Malasigi, saat menerima kunjungan wisatawan dari Amerika. (Foto: Dok Wisata Adat Malasigi)

Bojonegoro.iNews.id, Sorong – Di tengah rimbunnya hutan Distrik Klayili, berdiri Kampung Adat Malasigi, sebuah surga ekologis yang menyimpan keajaiban alam sekaligus kekayaan budaya Papua. Desa ini bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keberhasilannya menjaga habitat lima jenis burung cenderawasih, satwa langka yang menjadi simbol Tanah Papua.

Kampung yang terletak di Kabupaten Sorong ini kini berkembang menjadi desa wisata rintisan terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Keberhasilan tersebut merupakan buah dari perjuangan panjang warga, terutama sosok Manase Fami, Kepala Kampung sekaligus pengelola hutan adat Malasigi. Ia menjadi figur penting dalam menyatukan masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan sambil memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.

“Hutan adalah ibu. Maka harus kita rawat demi keberlangsungan hidup kami,” ujar Manase, saat menjadi pembicara pada Media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, di Makassar, Senin (23/6/2025).

Manase tak menampik bahwa perjuangan itu tidak mudah. Ia menceritakan bagaimana warga awalnya diliputi rasa takut. Takut tanah adat diambil negara, takut ekspansi sawit masuk, dan lebih takut lagi bila burung-burung cenderawasih yang menjadi identitas mereka lenyap selamanya.

Namun harapan mulai tumbuh sejak tahun 2022, ketika Pertamina EP Papua Field, Zona 14 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina hadir dan membina mereka. Berbekal pendampingan dan pemberdayaan, masyarakat Malasigi membangun desa wisata berbasis kearifan lokal dan konservasi alam.

Menurut Manase Fami, di hutan Malasigi, kini tercatat lima jenis burung cenderawasih hidup berdampingan dengan masyarakat. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan wilayah lain seperti Raja Ampat (2 jenis) dan Malakuli (3 jenis). Selain itu, kampung ini juga menawarkan sumber air panas alami, gua eksotis, dan kerajinan tangan berupa anyaman yang memperkuat pesona wisata adat mereka.

“Dulu kami swadaya, tidak digaji. Sekarang kami punya penghasilan. Terima kasih kepada Pertamina dan SKK Migas,” ujar Manase.


Manase Fami saat menjadi pembicara pada Media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, di Makassar.

Atas komitmennya, Manase dinobatkan sebagai Local Hero oleh Pertamina dan diundang sebagai narasumber dalam forum media nasional, yang berlangsung di Makassar 23 - 24 juni 2025. Kehadiran Manase disambut antusias lebih dari 100 wartawan dari wilayah Indonesia timur.

Sementara itu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, mengapresiasi capaian ini. Ia menegaskan bahwa upaya penguatan ekonomi masyarakat oleh industri migas selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo dalam membangun kesejahteraan nasional yang merata.

“Industri migas adalah penyumbang terbesar kedua pendapatan negara setelah pajak. Sudah seharusnya memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” tegas Hudi.

Kampung Adat Malasigi kini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian budaya dan alam dapat berjalan seiring dengan pembangunan ekonomi. Dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal, desa ini menunjukkan kepada dunia bahwa Papua bukan hanya kaya, tetapi juga mampu merawat kekayaannya dengan cara yang bermartabat.

Editor : Arika Hutama

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network