BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Bojonegoro selama beberapa hari terakhir mengakibatkan kerusakan parah pada lahan tembakau milik para petani. Seperti yang terlihat pada puluhan hektare tanaman tembakau di Desa Blongsong, Kecamatan Baureno, yang mengalami rusak dan bahkan sebagian besar mati.
Tanaman tembakau yang rata-rata telah berumur 1,5 hingga 2 bulan itu mendadak layu dan mengering akibat tergenang air hujan. Hal ini memicu kerugian besar bagi para petani yang telah menanam dan merawat sejak awal musim kemarau.
Salah satu petani, Madri, menyebut sekitar 4.000 batang tanaman tembakaunya rusak dan sebagian besar mati. Ia mengaku telah mengeluarkan modal besar untuk pembibitan, penanaman, dan pemupukan.
"Sudah keluar banyak biaya, terutama saat masa perawatan. Tapi sekarang semuanya rusak karena hujan," ujarnya, Sabtu (27/9/2025).
Tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik tanaman, hujan deras juga berdampak pada penurunan harga tembakau rajangan kering di tingkat petani. Dari harga sebelumnya yang mencapai Rp35.000 per kilogram, kini harga tembakau anjlok hingga kisaran Rp20.000 per kilogram.
“Sekarang kami tetap memetik sisa daun yang masih layak jual, meski hasilnya sangat sedikit. Ini untuk mengurangi kerugian yang lebih besar,” tambah Madri.
Tembakau dikenal sebagai tanaman yang membutuhkan kondisi kering. Karena itu, hujan berlebihan sangat tidak menguntungkan. Para petani berharap cuaca kembali normal agar potensi gagal panen tidak semakin meluas.
Sementara itu, data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bojonegoro mencatat bahwa harga tembakau sempat menyentuh Rp36 ribu hingga Rp46 ribu per kilogram pada Agustus lalu. Harga tersebut dinilai masih memberikan keuntungan bagi petani, meskipun produksi berkurang.
“Harga memang turun, tapi sebagian petani masih bisa mendapat keuntungan. Meski hasil panen mereka tidak optimal,” kata Bambang Wahyudi, Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Ahli Muda Subkor Tanaman Perkebunan DKPP Bojonegoro, Selasa (26/8/2025).
DKPP Bojonegoro juga telah meminta sejumlah pabrikan rokok untuk tetap menyerap tembakau dari petani dengan harga yang sesuai kualitas hasil panen.
Meski demikian, bagi banyak petani di Bojonegoro, terutama yang terdampak langsung oleh hujan, kondisi saat ini tetap menjadi pukulan berat. Selain menurunkan produksi, kerugian finansial yang dialami bisa berdampak pada keberlangsungan usaha tani mereka ke depan.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait