MALANG, iNewsBojonegoro.id - Warga miskin di Kota Malang, Kasimah, akhirnya bisa curhat langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Dia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan meski tinggal berhimpitan di bantaran sungai.
Kasimah mengisahkan, dia telah tinggal 12 tahun di rumah yang berada di tanah yang bukan miliknya. Bahkan kondisi rumah miliknya cukup ironis, dengan rumah yang kecil ditinggali tiga kepala keluarga (KK) dengan total 10 orang di dalamnya.
"Saya tinggal sama anak saya, ada 3 KK di sini. Yang satu punya dua anak, satunya lagi punya tiga anak, satu KK 4, satunya satu KK lima orang, saya sendiri," kata Kasimah ditemui wartawan, Rabu (24/8/2022) usai ditemui Menko PMK.
Menurutnya, penghasilan yang rendah membuatnya dan keluarga anak dan menantunya tak mampu membeli rumah. Hasilnya ia rela berdesakan bersama sembilan anggota keluarga lainnya di rumah di tepian sungai yang tanahnya milik Dinas Pengairan.
Dia mengaku sudah terbiasa kendati harus tinggal berdesakan, dengan kondisi rumah yang terkadang bocor, dan menyebabkan air serta angin masuk saat hujan turun. Kondisi penghasilan tak menentu sehari-harinya juga membuatnya kesulitan.
"Mau gimana lagi, sudah biasa, nggak punya rumah lagi, cuma ini rumahnya. Sudah 12 tahun di sini. Sehari-harinya kerja jualan kue dititipkan di pabrik-pabrik, dapatnya nggak tentu, bisa 50-60 (ribu sehari)," tuturnya.
Dia mengaku pernah menerima bantuan berupa beras dan sembako di tahun 2020 lalu. Tetapi saat ini bantuan itu tak lagi diterimanya, bahkan bantuan rehabilitasi rumah pun juga tak pernah ia rasakan. "Pernah (dapat bantuan) beras, tahun 2020 setelah itu berhenti," ucapnya.
Di sisi lain Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, bakal memerintahkan untuk menangani secara komprehensif permasalahan warga dengan kategori kemiskinan ekstrem seperti ini. Apalagi disebut Muhadjir, pemberian bantuan saja tak cukup karena perlu didorong untuk memiliki penghasilan lebih tinggi demi meningkatkan taraf ekonomi warganya.
"Jadi harus ditangani secara holistik, tidak hanya melihat per kepala keluarga tapi juga Lingkungan harus kita lihat secara menyeluruh. Ini kebetulan ada aliran sungai yang sangat bagus, mungkin nanti juga bisa dibudidayakan pakai keramba budidaya ikan. Nanti akan coba saya komunikasikan dengan kementerian pertanian. Kalau bisa, ada bantuan bibit atau bagaimana," katanya.
Dia berharap bantuan tersebut bisa digunakan menaikkan gizi warga, dan dikelola oleh desa, sehingga bisa meningkatkan kesetaraan masyarakat desa.
Editor : Prayudianto