Musim Kemarau Diprediksi Pendek, Petani Tembakau Bojonegoro Diminta Waspada

BOJONEGORO.INEWS.ID – Musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung lebih singkat dan disertai hujan dengan intensitas bervariasi. Kondisi ini dikenal dengan istilah kemarau basah dan berpotensi memengaruhi sektor pertanian, khususnya budidaya tembakau di Kabupaten Bojonegoro.
Ahli klimatologi Universitas Bojonegoro, Dr. Heri Mulyanti, S.Si., M.Sc., mengungkapkan bahwa meski secara kalender kemarau seharusnya sudah dimulai sejak pertengahan April, namun hujan masih beberapa kali turun di berbagai wilayah. Fenomena ini menjadi indikasi bahwa kemarau tahun ini tidak berlangsung kering seperti biasanya.
“Perubahan iklim yang semakin dinamis membuat prediksi musim semakin sulit. Suhu laut di sekitar Pulau Jawa juga masih hangat, sementara El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) menunjukkan kondisi positif netral. Artinya, potensi hujan pada bulan April masih cukup tinggi,” ujar Dr. Heri, Senin (21/4/2025).
Dr. Heri menegaskan bahwa kondisi kemarau basah perlu diantisipasi secara serius oleh petani tembakau. Mengingat tembakau merupakan komoditas andalan yang ditanam saat musim kemarau, curah hujan yang masih turun dapat berdampak pada kualitas dan hasil panen.
“Petani harus mulai memikirkan strategi agar tanaman tembakau tetap tumbuh optimal meski diselingi hujan. Termasuk cara pengeringan yang tepat agar hasil panen tidak menurun,” jelas dosen Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro (Unigoro) tersebut.
Selain sektor pertanian, masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi meningkatnya kasus penyakit yang biasanya muncul pada musim kemarau basah, seperti demam berdarah dan flu. Oleh karena itu, warga disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan selalu mengikuti informasi terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Pantau informasi resmi dari BMKG yang dirilis secara berkala agar masyarakat bisa lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu,” pungkasnya.
Editor : Dedi Mahdi