get app
inews
Aa Text
Read Next : Geopark Bojonegoro Siap Go Internasional, Masuk Dua Besar Aspiring UNESCO Global Geopark 2025

BMKG: Cuaca Masih Dinamis, Waspadai Cuaca Ekstrem di Wilayah Ini

Minggu, 06 Juli 2025 | 13:50 WIB
header img
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, saat menunjukan kondisi potensi cuaca ekstrem. Foto: BMKG

JAKARTA, Bojonegoro.iNews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi cuaca yang masih dinamis dan berpotensi ekstrem di berbagai wilayah Indonesia, terutama selama masa libur sekolah yang ditandai peningkatan mobilitas wisata dan perjalanan luar kota.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa berdasarkan prakiraan cuaca mingguan dan peringatan dini yang telah dikeluarkan sejak sepekan terakhir, sejumlah kejadian cuaca ekstrem telah terjadi, seperti hujan lebat, angin kencang, banjir, hingga tanah longsor.

Salah satu insiden yang mencuri perhatian adalah tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada 2 Juli 2025 serta sejumlah gangguan penerbangan akibat cuaca buruk.

“Kondisi atmosfer dan laut masih sangat dinamis, meski beberapa wilayah telah masuk musim kemarau. Ini harus jadi perhatian, terutama bagi sektor transportasi dan wisata,” kata Dwikorita, Sabtu (5/7/2025).

BMKG mencatat, hingga akhir Juni 2025, hanya sekitar 30 persen zona musim di Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau—jauh di bawah normal klimatologis tahunan. Curah hujan di atas normal masih terjadi di lebih dari 50 persen wilayah, terutama di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Faktor Global dan Regional Pemicu Cuaca Ekstrem

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer saat ini dipicu oleh lemahnya Monsun Australia, aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin, serta sirkulasi siklonik di Samudera Hindia dan Pasifik. Meski Madden-Julian Oscillation (MJO) tengah melemah, udara lembap tetap mendominasi wilayah selatan Indonesia.

“Kondisi ini memperbesar potensi pembentukan awan hujan, bahkan di wilayah yang seharusnya sudah memasuki kemarau,” jelas Guswanto.

Selain itu, adanya bibit siklon tropis 98W di sekitar Luzon turut mempercepat angin di Laut Cina Selatan. Kombinasi sistem ini menimbulkan zona konvergensi dan potensi gelombang tinggi di Laut Jawa, Laut Flores, hingga Maluku bagian utara—yang berdampak langsung pada sektor pelayaran dan aktivitas nelayan.

Editor : Dedi Mahdi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut