get app
inews
Aa Text
Read Next : Harga Minyak Tembus Level Tertinggi Sejak Juni, AS Perketat Tekanan ke Rusia

Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level Terendah Dua Bulan, Investor Cermati Ancaman Trump untuk Putin

Kamis, 14 Agustus 2025 | 07:36 WIB
header img
ilustrasi aktifitas tambang minyak. (Foto: Freepik)

JAKARTA, iNewsBojonegoro.id - Harga minyak global kembali tergelincir ke level terendah dalam lebih dari dua bulan pada Rabu (13/8/2025), dipicu oleh peningkatan pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS) serta prospek pelemahan permintaan global yang disampaikan oleh Badan Energi Internasional (IEA).

Kontrak berjangka Brent ditutup melemah 0,7 persen ke level USD65,63 per barel, setelah sempat menyentuh USD65,01 per barel—level terendah sejak 6 Juni. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS turun 0,8 persen menjadi USD62,65 per barel, usai sempat merosot ke USD61,94 per barel, terendah sejak 2 Juni.

Data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah meningkat sebesar 3 juta barel menjadi 426,7 juta barel pada pekan lalu. Hal ini berbanding terbalik dengan prediksi sebelumnya yang memperkirakan penurunan 275.000 barel. Selain itu, impor minyak mentah bersih AS tercatat naik 699.000 barel per hari.

“Ekspor minyak mentah AS masih di bawah normal akibat tekanan tarif, dan penurunan berkelanjutan bisa menekan harga,” ujar John Kilduff, partner di Again Capital, New York.

Tekanan terhadap harga juga datang dari proyeksi terbaru IEA, yang menaikkan estimasi pertumbuhan pasokan minyak global tahun ini, namun memangkas perkiraan permintaan. Kondisi ini semakin menekan sentimen pasar.

Dari sisi geopolitik, perhatian investor juga tertuju pada pernyataan Presiden AS Donald Trump menjelang pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat. Pertemuan tersebut bertujuan membahas solusi damai untuk perang di Ukraina yang telah mengguncang pasar minyak sejak meletus pada Februari 2022.

Saat ditanya mengenai kemungkinan konsekuensi jika Rusia menolak menghentikan konflik, Trump menegaskan: “Ya, mereka akan.” Ketika diminta menjelaskan apakah konsekuensi itu berupa sanksi atau tarif, Trump menjawab, “Saya tidak perlu menjawab, akan ada konsekuensi yang sangat berat.”

Trump juga mengisyaratkan adanya pertemuan lanjutan yang dapat melibatkan pemimpin Ukraina.

Sementara itu, dalam laporan bulanan yang dirilis Selasa, OPEC+ merevisi naik proyeksi permintaan minyak global untuk tahun depan, namun menurunkan estimasi pertumbuhan pasokan dari AS dan produsen lain di luar kelompok tersebut. Hal ini menunjukkan potensi pasar yang lebih ketat di tahun mendatang.

Namun demikian, analis energi independen Gaurav Sharma menilai kondisi saat ini belum mendukung kenaikan harga minyak dalam jangka pendek.

“Jika kita mengambil rata-rata proyeksi pertumbuhan permintaan minyak 2025 dari IEA dan OPEC, bahkan angka moderat sedikit di atas 1 juta barel per hari bisa dengan mudah dipenuhi oleh pertumbuhan pasokan dari non-OPEC saat ini,” ujarnya.

“Jadi, saya tidak melihat alasan bullish untuk minyak dalam jangka pendek.”

Editor : Arika Hutama

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut