get app
inews
Aa Text
Read Next : Penyelidikan Kasus Narkoba di Lapas Bojonegoro Belum Temui Titik Terang

Harga Minyak Tembus Level Tertinggi Sejak Juni, AS Perketat Tekanan ke Rusia

Rabu, 30 Juli 2025 | 07:30 WIB
header img
ilustrasi aktifitas tambang minyak. (Foto: Freepik)

JAKARTA, iNewsBojonegoro.id - Harga minyak mentah dunia naik tajam pada Selasa (29/7/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap Rusia terkait perang yang berlangsung di Ukraina. Selain itu, pelaku pasar turut merespons positif kabar meredanya perang dagang antara AS dan sejumlah mitra utamanya.

Kontrak berjangka Brent crude ditutup melonjak 3,53 persen ke level USD72,51 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 3,75 persen ke posisi USD69,21 per barel. Keduanya mencatatkan penutupan tertinggi sejak 20 Juni lalu.

Mengutip laporan Reuters, Trump menyatakan akan mulai menerapkan tarif tambahan dan tindakan lainnya terhadap Rusia dalam waktu sepuluh hari, jika Moskow tidak menunjukkan kemajuan dalam mengakhiri konflik di Ukraina.

“Kita sudah meningkatkan tekanan ke Rusia. Sekarang ada tenggat waktu selama 10 hari,” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
“Dan ada indikasi bahwa negara lain juga akan bergabung dengan AS,” tambahnya.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan bahwa pemerintah telah memperingatkan Tiongkok mengenai risiko tarif tinggi berdasarkan undang-undang tarif sekunder AS atas pembelian minyak dari Rusia yang terkena sanksi.

Pernyataan tersebut muncul setelah dua hari pembicaraan bilateral antara AS dan China yang bertujuan menyelesaikan berbagai sengketa ekonomi serta meredakan ketegangan dagang antar kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.

Harga minyak juga terdorong oleh kesepakatan dagang terbaru antara AS dan Uni Eropa. Walau disertai pemberlakuan tarif impor 15 persen atas sebagian besar barang asal Eropa, kesepakatan ini berhasil mencegah terjadinya perang dagang penuh yang berpotensi mengguncang sepertiga perdagangan global dan menurunkan permintaan energi.

“Ada optimisme soal kesepakatan dagang ini,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho.
“Memang bukan kesepakatan sempurna, terutama bagi pihak Eropa, tapi jelas lebih baik daripada skenario terburuk,” imbuhnya.

Dalam perjanjian tersebut, Uni Eropa berkomitmen membeli komoditas energi dari AS senilai USD750 miliar dalam tiga tahun mendatang. Target ini dinilai sejumlah analis terlalu ambisius. Sementara itu, perusahaan-perusahaan Eropa juga akan berinvestasi sebesar USD600 miliar di AS selama masa jabatan Trump.

Dari sisi pasokan, sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API) menyebutkan bahwa stok minyak mentah AS naik sebesar 1,54 juta barel pada pekan lalu. Data resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan rilis pada Rabu waktu setempat.

Pasar kini juga menantikan hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang berlangsung dua hari, dimulai Selasa waktu AS. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, namun bisa mengisyaratkan sikap yang lebih dovish, seiring tanda-tanda melambatnya inflasi.

“The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga, tetapi bisa memberi sinyal sikap dovish mengingat tanda-tanda pelemahan inflasi,” jelas Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.

Editor : Dedi Mahdi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut