Kasus Petani Tersengat Jebakan Tikus, Dosen Unigoro Beberkan Solusi Aman

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Kasus petani tewas akibat tersengat jebakan tikus kembali menjadi perhatian serius. Menyusul insiden bulan lalu yang menewaskan dua petani asal Desa Katur, Kecamatan Gayam.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro (Unigoro), Danang Ananda Yudha, S.Pt., M.P., mengingatkan pentingnya strategi pengendalian hama tikus yang tepat dan aman.
Menurut Danang, penggunaan burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami perlu diimbangi dengan penempatan rubuha (rumah burung hantu) yang terukur.
Ia menegaskan, satu rubuha sebaiknya ditempatkan di tengah-tengah empat petak sawah dengan luas total 300–400 meter persegi, bukan untuk satu hektare.
“Burung hantu kalau sudah makan satu atau dua ekor tikus sudah kenyang dan berhenti berburu. Jadi, tidak bisa satu rubuha untuk satu hektare sawah,” jelas Danang, Senin (6/10/2025).
Selain itu, serangan hama tikus pada tanaman palawija seringkali dipicu oleh masa tanam yang tidak serempak. Ia menyarankan petani melakukan koordinasi agar selisih masa tanam tidak lebih dari 14 hari.
“Idealnya penanaman serempak dalam satu hamparan dengan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari dua minggu. Jangan sampai yang satu baru tanam, yang lain sudah panen. Ini yang sering mengundang tikus,” tambahnya.
Selain mengandalkan predator alami dan pola tanam serempak, Danang juga menyarankan pengendalian hama tikus secara ramah lingkungan. Langkah-langkahnya antara lain:
• Membersihkan semak dan gulma di sekitar lahan untuk mengganggu habitat tikus.
• Menebar umpan rodentisida yang dicampur dengan gabah kering, jagung, atau beras pada jalur perlintasan tikus.
• Melakukan perburuan tikus secara massal dan terkoordinasi antarpetani.
Namun, ia juga mengingatkan agar pengendalian tikus tidak dilakukan secara ekstrem.
“Kalau dibasmi tuntas, akan muncul masalah baru. Populasi ular meningkat karena kehilangan sumber makanan, dan itu bisa berbahaya bagi manusia,” tandas akademisi asal Blitar ini.
Strategi terpadu ini dinilai lebih efektif dan aman daripada pemasangan jebakan beraliran listrik yang berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Editor : Arika Hutama