get app
inews
Aa Text
Read Next : Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional: Suara Buruh yang Tak Pernah Padam

Waspadai! Terlalu Lama Menatap Gadget Bisa Sebabkan Mata Juling pada Anak

Minggu, 26 Oktober 2025 | 07:17 WIB
header img
Ilustrasi sejumlah remaja sedang main gatget. Foto: Gemini

JAKARTA, iNewsBojonegoro.id - Di era serbadigital, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Namun, kebiasaan menatap layar terlalu lama ternyata bisa berakibat serius bagi kesehatan mata. Salah satu gangguan yang mengintai adalah mata juling (strabismus).

Menurut Dr. Ni Retno Setyoningrum, dokter subspesialis Konsultan Strabismus di JEC Eye Hospitals & Clinics, penggunaan gadget yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan otot mata, yang berujung pada gangguan kesejajaran bola mata.

“Anak-anak boleh menggunakan gadget mulai usia dua tahun, tapi maksimal hanya 30 menit. Sedangkan menonton televisi sebaiknya tidak lebih dari dua jam, dan jangan menatap layar dengan fokus penuh,” ujar dr. Retno.

Ia menjelaskan, paparan cahaya dari layar elektronik yang terus-menerus bisa menyebabkan radiasi ringan pada mata, memicu peradangan hingga meningkatkan risiko rabun jauh (minus).

Dampak Psikologis Tak Kalah Serius

Selain gangguan penglihatan, strabismus juga berdampak pada kondisi psikologis penderitanya. Sejumlah studi menunjukkan, penyandang mata juling memiliki risiko gangguan mental 10 persen lebih tinggi, seperti depresi, kecemasan, hingga fobia sosial.

Penelitian lain menemukan, 80 persen penderita mata juling merasa malu dalam situasi sosial, 89 persen sulit melakukan kontak mata saat berbicara, dan 75 persen bahkan mengadopsi postur tertentu untuk menyembunyikan kondisi mereka.

Bisa Disembuhkan dengan Terapi atau Operasi

Secara medis, strabismus terjadi karena terganggunya kontrol otak terhadap otot mata, menyebabkan kedua bola mata tidak sejajar. Menurut dr. Retno, kondisi ini bisa ditangani dengan terapi kacamata atau operasi korektif, tergantung tingkat keparahannya.

“Mata juling ringan tidak selalu harus dioperasi, bisa dengan penggunaan kacamata terapi secara bertahap. Namun untuk kasus tertentu, operasi korektif dibutuhkan,” jelasnya.

Ia menegaskan, operasi korektif bukan sekadar tindakan kosmetik, melainkan intervensi medis yang memberikan dampak positif jangka panjang.

“Riset di Jepang menunjukkan bahwa tiga bulan setelah operasi, pasien mengalami peningkatan signifikan dalam fungsi penglihatan, kesehatan fisik, dan mental,” kata dr. Retno, dikutip Bojonegoro.iNews.id.

Sebagai langkah pencegahan, ia menyarankan anak-anak untuk beraktivitas di luar ruangan setiap dua jam sekali, agar mata bisa beristirahat dan melihat pemandangan jarak jauh.

“Anak-anak perlu keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata. Melihat alam adalah cara sederhana tapi efektif menjaga kesehatan mata,” tutupnya.

Editor : Arika Hutama

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut