BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus menguatkan pengelolaan sampah berbasis komunitas melalui program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB). Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, Luluk Alifah, mengungkapkan bahwa dari total 176 bank sampah yang ada, hanya 65 yang aktif, sementara 111 lainnya tidak beroperasi.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara Pengarahan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas yang digelar di Pendopo Malowopati, Jumat (27/9/2025). Luluk menekankan pentingnya keterlibatan desa dalam membina dan mengaktifkan kembali bank sampah demi mengurangi timbunan sampah rumah tangga yang berpotensi mencemari lingkungan.
"Kegiatan ini mendorong peran desa dalam membina dan mengaktifkan bank sampah, serta menekan timbunan sampah rumah tangga yang potensial jadi masalah lingkungan," ujar Luluk.
Program SDSB lahir dari semangat penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah keluarga. Pemerintah melihat potensi besar jika pengelolaan dilakukan secara terpadu, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintah.
Pengarahan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas yang digelar di Pendopo Malowopati Pemkab Bojonegoro, Kamis (25/9/2025)/Foto: Pemkab
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, turut menyampaikan bahwa program SDSB bukan sekadar pengelolaan sampah, tapi juga peluang ekonomi. Ia mengisahkan Pak Samsul, seorang warga yang memulai usaha dari pengumpulan sampah hingga mampu menyekolahkan kedua anaknya ke perguruan tinggi.
“Sekarang sudah jadi PPPK. Ini bukti bahwa jika dikelola dengan baik, sampah bisa jadi rupiah dan berkah. Bapak/Ibu berperan penting dalam manajemen sampah di desa,” kata Wabup.
Ia juga menyinggung sinergi antara empat program pemerintah pusat—MBG, Sekolah Rakyat, CKG, dan KDMP—dengan lima prioritas program bupati, yaitu penurunan angka kemiskinan, peningkatan IPM, pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, dan peningkatan konektivitas wilayah.
Ketua TP PKK Kabupaten Bojonegoro, Cantika Wahono, menambahkan bahwa SDSB merupakan gerakan inspiratif yang perlu digerakkan dari lingkup terkecil, yakni keluarga.
“PKK punya peran strategis lewat gerakan keluarga. Sampah harus dipilah dari rumah. Perubahan perilaku dari keluarga jadi kunci pengelolaan sampah berkelanjutan,” ujarnya.
Dalam sesi berbagi pengalaman, Pak Samsul, pelaku pengelolaan sampah, membagikan kisah suksesnya. Ia memulai dari pengepul sampah dan kini memimpin Paguyuban Pengepul Sampah Berkah Bojonegoro yang masih aktif hingga sekarang.
“Dulu punya cita-cita gaji Rp 25 juta. Alhamdulillah terwujud lewat pengelolaan sampah,” pungkasnya.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait