Cerita Anak Terlepas dari Pelukan sang Ibu saat Air dan Kayu Gelondongan Menghantam Rumah

Tim iNews
Kesaksian seorang bapak yang menceritakan anaknya terseret banjir dan kayu gelondongan. Foto: Istimewa

SUMATERA, iNewsBojonegoro.id - Banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera meninggalkan duka mendalam bagi warga di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Hingga kini, ribuan warga terdampak masih menantikan bantuan lanjutan dari pemerintah maupun relawan, sementara proses pemulihan terus berlangsung di daerah-daerah terdampak.

Selain kerusakan infrastruktur dan harta benda, bencana tersebut juga merenggut korban jiwa. Kisah pilu para penyintas menjadi gambaran betapa dahsyatnya banjir dan longsor yang menerjang permukiman warga.

Salah satu cerita duka datang dari Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Seorang ayah menceritakan kehilangan anaknya yang masih berusia dua tahun akibat banjir bandang yang melanda wilayah tersebut.

Kisah itu diunggah melalui akun Instagram @sibangzul_ pada Minggu (21/12/2025). Dalam video tersebut, sang ayah mengungkapkan bahwa putrinya, Mumtaz, menjadi korban saat banjir datang secara tiba-tiba.

Menurut penuturannya, Mumtaz sedang berada dalam gendongan ibunya dan menyusu ketika air bah disertai material kayu menghantam rumah mereka.
“Waktu banjir datang, ibu dan Mumtaz hanyut terseret arus. Kondisi Mumtaz lagi menyusu sambil digendong, lalu air sungai naik dengan cepat membawa gelondongan kayu,” ujar sang ayah dalam video tersebut.

Ia mengatakan, sang ibu sempat berusaha mempertahankan pelukan terhadap anaknya. Namun derasnya arus dan benturan material membuat genggaman itu akhirnya terlepas.

Jenazah Mumtaz telah ditemukan setelah banjir surut. Sementara itu, rumah keluarga tersebut dilaporkan hancur, dengan sisa-sisa kayu berukuran besar berserakan di sekitar lokasi yang sebelumnya menjadi tempat tinggal mereka.

“Biasanya setiap saya pulang kerja, Mumtaz selalu minta jalan-jalan dulu. Sekarang, setiap pulang, kenangan itu selalu teringat,” tutur sang ayah dengan suara tertahan.

Desa Garoga sendiri menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah akibat banjir bandang dan longsor. Pemerintah saat ini memprioritaskan pembersihan material kayu yang menumpuk di wilayah tersebut guna mencegah potensi bencana susulan.

Kementerian Kehutanan bersama instansi terkait melakukan tiga langkah utama, yakni pembersihan material di wilayah hilir, pemantauan titik-titik longsor di bagian hulu, serta penyampaian peringatan dini kepada masyarakat terkait potensi banjir susulan yang disertai material kayu.

Sementara itu, pemerintah daerah juga tengah menyiapkan pembangunan hunian tetap bagi para korban banjir dan longsor, termasuk warga Desa Garoga. Pembangunan hunian tersebut ditargetkan rampung pada awal tahun 2026 sebagai bagian dari upaya pemulihan pascabencana.

Editor : Arika Hutama

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network