get app
inews
Aa Read Next : Jumlah Janda di Bojonegoro Meningkat Drastis usai Lebaran 2024

Kisah Penaklukan Semenanjung Melayu dan Bali Saat Kertanagara Berkuasa di Singasari

Senin, 22 Agustus 2022 | 11:51 WIB
header img
Raja Kertanegara. Foto : Okezone

SURABAYA, iNewsBojonegoro.id - Kerajaan Singasari berada di puncak kejayaannya di masa Raja Kertanegara. Di masa raja Kertanegara inilah Singasari juga mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Jayakatwang.

Raja Kertanegara yang bertakhta di Kerajaan Singasari dikisahkan memiliki darah Ken Arok dan Tunggul Ametung. Hal ini sebagaimana dikisahkan pada buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" dari Muhammad Syamsuddin. 

Ayah Kertanegara yakni Wisnuwardhana, yang merupakan keturunan dari Tunggul Ametung, sedangkan sang ibu bernama Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wunga Teleng, putra sulung Ken Arok hasil pernikahannya dengan Ken Dedes. Waning Hyun sendiri memiliki gelar Jayawardhani. Raja Kertanegara memiliki istri bernama Sri Bajradewi, dan empat orang anak perempuan bernama Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. 

Kertanegara awalnya terlebih dahulu diangkat menjadi yuwaraja atau semacam camat di Kediri pada 1254 Masehi. Kebetulan saat itu Kediri, merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari. Sementara Kerajaan Singasari diperintah oleh Raja Wisnuwardhana. 

Saat memerintah ada dua gelar berbeda yang dicatat oleh dua prasasti berbeda. Berdasarkan prasasti Mula Malurung memiliki gelar Sri Maharaja Sri Lokawijaya Purusottama Wira Asta Basudewadhipa Aniwariwiryanindita Parakrama Murddhaja Namottunggadewa. Sementara berdasarkan prasasti Padang Roco yang bertarikh pada 1286, Kertanegara bergelar Sri Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmmottunggadewa. 

Kertanegara sendiri naik tahta menjadi raja Kerajaan Singasari pada 1268 Masehi. Dikisahkan pada kitab Pararaton, Kertanegara adalah satu-satunya raja di Kerajaan Singasari yang naik tahta tanpa bertumpahan darah, alias secara damai. Padahal di era raja-raja sebelumnya, kudeta berdarah selalu mewarnai pergantian kepemimpinan di Kerajaan Singasari, sejak era Ken Arok. 

Adanya garis keturunan dari Ken Arok dan Tunggul Ametung, ternyata mampu menghentikan pertumpahan darah para keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung ini. Konon saat bertahta ini pula Kertanegara punya keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan hingga seluruh nusantara. 

Guna mewujudkan hal tersebut, Kertanegara melaksanakan ekspedisi Pamalayu atau yang berarti Perang Malayu, yang agenda utamanya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera, hingga dapat memperkuat pengaruh di Selat Malaka. Selat Malaka sendiri kala itu merupakan salah satu jalur ekonomi dan politik yang begitu penting saat itu. 

Selain itu tujuan lain ekspedisi Pamalayu yang dicanangkan Kertanegara, adalah ingin membendung kekuasaan Mongol yang telah hampir menguasai seluruh daratan Asia. Konon saat itu, Kertanegara terkenal dengan raja yang memiliki wawasan politik global yang luas.

Editor : Prayudianto

Follow Berita iNews Bojonegoro di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut