get app
inews
Aa Text
Read Next : Atlet Balap IMI Mundur, Bojonegoro Hanya ikut 38 dari 82 Cabor di Porprov 2025

Melihat Program Panen Air Hujan, di Kecamatan Tambakrejo Bojonegoro

Senin, 03 Februari 2025 | 10:02 WIB
header img
Warga saat menuangkan air dari dalam torn IPAL. (Foto : Dedi Mahdi / iNews)

BOJONEGORO.INEWS.ID - Asosiasi Untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (Ademos) Bojonegoro, bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta melakukan program panen air hujan

Program tersebut diperuntukkan bagi warga yang wilayahnya kesulitan memperoleh sumber air. Salah satunya di Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro.

Panen air hujan itu dilakukan dengan cara membuat Instalasi Panen Air Hujan (IPAH). Air hujan dari atap genting ditampung lalu dimasukkan ke dalam torn berkapasitas seribu liter.

Sementara jika torn terisi penuh, maka air hujan dimasukkan atau diinject ke dalam tanah, sehingga air tidak langsung mengalir ke sungai.

Sebelum masuk dalam tempat penampungan, air hujan terlebih dulu dilakukan penyerangan secara otomatis. Sehingga air yang tersimpan bersih, bahkan langsung bisa dikonsumsi atau untuk kebutuhan mandi dan memasak.

"Di Dusun Kramanan, Jatimulyo ini ada 10 titik, Desa Nganti ada 10 titik, sedangkan di Desa Bakalan ada 3 titik," ungkap Zainal Arif, selaku perwakilan Ademos Bojonegoro, Saat ditemui di lokasi, minggu (2/1/25).

Menurut Arif, untuk sementara jaringan IPAH itu digunakan untuk 1 rumah atau keluarga, namun jika ingin menambah jumlah penerima manfaat, maka daya tampung atau kapasitas torn bisa ditambah.

"Instalasi IPAH ini memaang masih Pilot Project, baru beroperasi pada 17 Januari 2025 kemarin. Sementara jumlahnya itu, namun kedepan bisa dikembangkan lagu," jelasnya.

Sementara itu, salah satu warga penerima manfaat Edi Hariyanto (40) warga RT 11 RW 06 Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo mengaku bersyukur atas adanya program panen air hujan ini.

"Dusun ini dari dulu memang kesulitan sumber air, tak hanya saat kemarau tapi saat musim hujan seperti saat ini juga. Karena disini memang tidak ada sumber," ungkapnya.

Menurut Edi, sebelum ada program panen air hujan dengan IPAH, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dia mengambil air di sendang atau "ngangsu" yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya.

"Kalau ambil air di sendang musim hujan seperti ini tidak ngantri, kalau musim kemarau antrean bisa panjang. Tapi alhamdulillah setelah adanya IPAH ini keluarga kami tak lagi "ngangsu", paparnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo Nyamin mengatakan, jika dari sejak zaman dulu wilayahnya memang kesulitan untuk memperoleh sumber air, warga pernah beberapa kali melakukan pengeboran, tidak keluar airnya.

"Kalau mengebor lebih dari 50 keterangan keluar sumber, tapi airnya asin sehingga tak bisa digunakan," paparnya.

Pihak pemerintah desa setempat juga pernah membuat program Pam Desa, tapi juga tidak bisa mencukupi, selain airnya tetap terasa asin.

"Kalau kemarau ya kita ambil di sendang, selain juga disuplai bantuan air bersih, baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Adanya program IPAL panen air hujan ini sangat membantu warga," tambahnya.

Pihak pemerintah desa setempat berharap program IPAL ini bisa dikembangkan lagi, untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Karena di Dusun Kramanan saja ada 180 keluarga, yang tersebar di 2 RT.

 

 

 

Editor : Arika Hutama

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut