Era Digital Jadi Tantangan Pengasuhan, Bupati Bojonegoro Ingatkan Bahaya Gadget untuk Anak
BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Bupati Bojonegoro Setyo Wahono menegaskan peran strategis seorang ibu dalam membangun suasana rumah tangga yang sehat sekaligus membentuk karakter anak sejak usia dini. Penegasan tersebut disampaikan saat membuka kegiatan Edukasi Pengasuhan Balita yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (P3AKB) Kabupaten Bojonegoro di Ruang Angling Dharma Lt. 2 Gedung Pemkab Bojonegoro, Senin (22/12/2025).
Dalam sambutannya, Bupati Setyo Wahono menyampaikan bahwa peran ibu tidak tergantikan dalam menciptakan rasa aman dan kenyamanan di dalam keluarga.
“Seorang bapak mungkin mampu membangun rumah secara fisik, tetapi hanya ibu yang dapat menghadirkan rasa ‘rumah’ yang nyaman. Peran ibu sangat luar biasa, terutama dalam memberikan rasa aman bagi anak-anak,” ujarnya, dikutip Bojonegoro.iNews.id dari laman resmi pemkab.
Bupati juga menyoroti tantangan pengasuhan anak di era digital yang semakin kompleks. Ia mengingatkan para orang tua, khususnya ibu, agar tidak menjadikan gawai sebagai solusi instan untuk menenangkan anak. Menurutnya, penggunaan gadget secara berlebihan dapat berdampak pada tumbuh kembang anak jika tidak dibarengi dengan pola asuh yang tepat.
“Literasi digital bagi orang tua menjadi kebutuhan mendesak. Jangan sampai demi kepraktisan, anak diberikan HP secara berlebihan. Pola asuh positif harus diutamakan agar anak tumbuh percaya diri, bahagia, dan tidak bergantung pada teknologi secara keliru,” tegasnya.
Sementara itu, Bunda Generasi Berencana (GenRe) Bojonegoro, Cantika Wahono, menambahkan bahwa tantangan pengasuhan di era digital saat ini tidak hanya datang dari lingkungan sekitar, tetapi juga dari media sosial dan dunia maya. Ia menyebut banyak anak kini lebih memilih mencurahkan perasaan di media sosial atau kepada figur publik dibandingkan kepada orang tuanya sendiri.
“Ini tantangan besar bagi kita sebagai orang tua. Kita harus mau terus belajar melalui ‘sekolah orang tua’, meningkatkan literasi digital, serta membangun komunikasi yang sehat agar anak merasa aman dan terlindungi di rumah,” ungkapnya.
Cantika Wahono juga mengajak kader PKK dan para Bunda GenRe yang baru dikukuhkan untuk menerapkan pola pengasuhan Holistik Integratif. Pola ini mencakup tiga aspek utama, yakni aspek gizi melalui program Satu Hari Satu Telur, aspek kesehatan dengan imunisasi lengkap, serta aspek perlindungan dengan menciptakan lingkungan keluarga yang bebas dari kekerasan dan perundungan.
Selain itu, ia mengapresiasi keberhasilan program TASMI (Tuntas Stunting Sejak Hamil) yang dinilai efektif menurunkan risiko stunting di Bojonegoro. Menurutnya, pendampingan ibu hamil sangat penting agar mereka siap secara fisik maupun mental. Ia pun mendorong seluruh kecamatan untuk terus berinovasi dan menargetkan desa-desa di Bojonegoro mampu meraih prestasi tingkat nasional pada 2026, setelah sebelumnya mencatatkan penghargaan di tingkat Jawa Timur pada 2025.
“PKK sebagai gerakan sosial harus berjalan seiring dengan Dinas P3AKB. Dari ibu yang berdaya akan lahir anak yang berdaya, dan dari keluarga yang kuat akan terwujud masyarakat Bojonegoro yang bahagia dan makmur,” pungkasnya.
Kepala Dinas P3AKB Kabupaten Bojonegoro, Ahmad Hernowo Wahyutomo, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat program Bangga Kencana sekaligus menekan angka pernikahan dini. Ia menegaskan pentingnya perencanaan pernikahan yang matang agar ibu siap secara mental dan fisik dalam mendidik anak.
“Kami menargetkan Zero Pernikahan Dini. Melalui para ibu dan kader Bina Keluarga Balita (BKB), kami tanamkan pentingnya perencanaan keluarga demi mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045,” jelasnya.
Kegiatan tersebut dihadiri jajaran TP PKK Kabupaten Bojonegoro, organisasi perempuan, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), serta kader BKB dari berbagai kecamatan. Melalui sinergi lintas sektor ini, Pemkab Bojonegoro optimistis kualitas sumber daya manusia dapat terus ditingkatkan melalui penguatan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.
Editor : Arika Hutama