BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id — Universitas Bojonegoro (Unigoro) menjalin kolaborasi strategis dengan ExxonMobil Cepu Ltd. (EMCL) dan SKK Migas dalam pelaksanaan Program Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) yang menyasar tiga kabupaten di Jawa Timur: Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan. Fokus utama kerja sama ini adalah kampanye penghijauan sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan berkelanjutan.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unigoro, Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menjelaskan bahwa terdapat empat program utama dalam kampanye ini.
“Pertama, pemetaan titik-titik yang akan ditanami pohon di tiga kabupaten tersebut. Kedua, menghitung sekuestrasi atau penyerapan karbon di wilayah-wilayah yang telah dilakukan penghijauan sebelumnya. Ketiga, kampanye penanaman pohon di bawah kaki Gunung Pandan Desa Klino, Sekar. Keempat, base line kajian studi mata air di area penghijauan,” ujarnya, Kamis (24/7/2025).
Dr. Laily menekankan pentingnya pemetaan lokasi sebagai langkah awal yang krusial. Tanpa pemetaan yang tepat, kegiatan penanaman pohon dinilai sering tidak memberikan hasil maksimal. Ia juga menyoroti pentingnya penghitungan sekuestrasi karbon sebagai indikator empiris keberhasilan program.
“Jadi ada tolok ukurnya dari kegiatan ini, untuk beberapa tahun ke depan memang terbukti ada kenaikan penyerapan karbon. Selain itu, studi mata air juga dibutuhkan untuk menjadi base line, terutama menilai dampak penghijauan terhadap keberadaan mata air di Kabupaten Bojonegoro,".
"Kebetulan lokasi yang disasar adalah kaki Gunung Pandan. Di sana memang ada mata air. Dengan adanya proses penanaman pohon di wilayah tersebut diharapkan memberi dampak terhadap konservasi air. Beberapa tahun ke depan apakah ada peningkatan debit air atau menjaga mata airnya tetap ada,” jelasnya.
Program kolaboratif ini direncanakan berlangsung dari Agustus hingga Desember 2025. Bagi Unigoro, kerja sama ini bukan kali pertama dengan EMCL. Menurut Laily, kemitraan ini menjadi bukti kepercayaan terhadap kompetensi akademisi Unigoro dalam menjawab tantangan pembangunan.
“Terutama bisa menunjukkan kompetensi. Bahwa dosen-dosen Unigoro bisa menjawab tantangan yang diberikan oleh perusahaan. Sehingga ikut berperan aktif mewujudkan sustainable development (pembangunan berkelanjutan, Red). Terlebih, Bojonegoro selalu identik dengan isu bencana banjir bandang dan kekeringan,” tandas dosen Program Studi Ilmu Lingkungan tersebut.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait