BLORA, iNewsBojonegoro.id – Dua korban yang selamat dalam insiden ledakan sumur minyak di Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, dilaporkan masih dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Sarjito, Yogyakarta. Keduanya mengalami luka bakar serius dengan persentase mencapai 80 hingga 85 persen.
Kasi Humas Polres Blora, AKP Gembong Widodo, membenarkan kondisi para korban saat ini.
“Korban alami luka bakar mencapai 80 persen – 85 persen,” jelasnya, Rabu (20/8/2025).
Peristiwa tragis ini terjadi pada Minggu, 17 Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Ledakan hebat di sumur minyak ilegal tersebut menyebabkan tiga orang meninggal dunia. Korban tewas antara lain Mbah Tanek yang meninggal di lokasi kejadian, serta Mbah Suremi dan Mbah Wasini yang sempat dirawat sebelum akhirnya meninggal dunia akibat luka bakar hingga 90 persen.
AKP Gembong menyampaikan, pihak kepolisian telah memeriksa 12 saksi dalam proses penyelidikan, termasuk perangkat desa, operator pengeboran, dan warga yang turut serta dalam aktivitas pengambilan minyak.
“Materi pemeriksaan terkait berapa lama sumur minyak tersebut beroperasi, SOP seperti apa, apakah ada personel yang terlatih. Segalanya kami koordinasi dengan Pertamina,” jelasnya.
Ia menambahkan, insiden bermula dari blow up sumur minyak, yang memuntahkan minyak mentah dalam jumlah besar hingga mengalir ke sungai kecil di sekitar lokasi. Banyak warga yang berbondong-bondong mengais minyak menggunakan alat seadanya. Namun, tiba-tiba muncul api dari bawah yang kemudian menyambar dan menimbulkan kebakaran hebat.
Berdasarkan keterangan saksi, sumur tersebut baru berjalan sekitar satu minggu. Pihak kepolisian masih melakukan pendataan terhadap seluruh sumur di wilayah tersebut untuk memastikan legalitasnya.
“Pemeriksaan kita menyasar semua. Termasuk perangkat desa, kepala desa, warga turut mengambil minyak, operator di lokasi, untuk melengkapi penyidikan kasus ini,” tambahnya.
Menurutnya, kepala desa sebelumnya telah mengingatkan warga untuk tidak melanjutkan pengeboran karena dinilai berbahaya. Namun, aktivitas tetap dilakukan hingga akhirnya terjadi ledakan.
Sementara itu, data dari BPBD mencatat sebanyak 80 kepala keluarga atau sekitar 800 jiwa telah diungsikan ke tiga titik pengungsian sebagai langkah antisipasi keselamatan warga. Masa pengungsian akan berlangsung hingga dinyatakan aman oleh pihak terkait, termasuk BPBD, SKK Migas, dan Pertamina.
Bupati Blora, Arief Rohman, menyatakan telah bersurat kepada Kementerian ESDM, SKK Migas, dan Pertamina untuk meminta kejelasan terkait regulasi sumur minyak rakyat yang dinilainya belum memiliki aturan yang tegas, berbeda dengan sumur tua yang telah diatur secara resmi.
“Yang menentukan sumur ini layak atau tidak ESDM dan SKK Migas, kalau tidak akan ditutup. Lokasi perlu diperhatikan, apalagi itu di tengah-tengah permukiman,” ungkapnya.
Hingga kini, penyelidikan terus dilakukan bekerja sama dengan Kejari Blora dan saksi ahli dari Pertamina. Polisi juga tengah mengkaji unsur pidana yang bisa dikenakan dalam kasus ini.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait