MALANG, iNewsBojonegoro.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Jawa Timur akan mengalami musim hujan lebih awal pada periode 2025/2026. Prediksi ini disampaikan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur, Anang Suprayitno, dalam rilis resmi yang diumumkan pada September 2025.
Menurut Anang, berdasarkan perkembangan dinamika atmosfer-lautan, kondisi ENSO (El Niño-Southern Oscillation) diperkirakan tetap netral sepanjang semester kedua 2025. Sementara itu, IOD (Indian Ocean Dipole) negatif diperkirakan berlangsung hingga November 2025, sebelum kembali ke fase netral.
"Sebanyak 70 dari total 74 Zona Musim (ZOM) di Jawa Timur diprediksi akan mengalami awal musim hujan lebih cepat dibandingkan normal klimatologis (1991–2020)," jelas Anang.
Berikut rincian prediksi awal musim hujan di Jawa Timur:
- 8 ZOM (10,9%) mulai musim hujan pada September 2025.
- 49 ZOM (66,2%) pada Oktober 2025.
- 14 ZOM (18,8%) pada November 2025.
- 1 ZOM (1,4%) pada Desember 2025.
- 2 ZOM (2,7%) mengalami musim hujan sepanjang tahun.
Wilayah yang diprediksi mengalami musim hujan paling awal adalah Kabupaten Malang bagian selatan, Lumajang bagian barat, dan Banyuwangi bagian barat (ZOM 312, 314, 335), yaitu pada dasarian I September 2025. Sementara itu, Situbondo bagian utara (ZOM 328) diprediksi paling akhir, yaitu pada dasarian I Desember 2025.
Puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari 2026, dengan karakteristik curah hujan bersifat normal di 73% wilayah dan di atas normal di 27% wilayah. Dari sisi volume, curah hujan di 65% ZOM diprediksi akan melebihi 1500 mm, sedangkan sisanya berkisar antara 500-1500 mm.
Rekomendasi BMKG:
- BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk:
- Menyesuaikan awal tanam dan menambah luas tanam selama musim hujan.
- Mengoptimalkan pengisian waduk, embung, dan panen air hujan sebagai persiapan musim kemarau.
- Waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama selama masa peralihan musim dan saat musim hujan berlangsung.
Mengantisipasi bencana hidrometeorologis seperti banjir bandang, longsor, hingga sedimentasi waduk.
Memanfaatkan informasi cuaca dan iklim BMKG secara aktif untuk mendukung perencanaan pembangunan, terutama di sektor pertanian, perikanan, sumber daya air, dan infrastruktur.
BMKG menekankan pentingnya kesiapan seluruh pihak dalam menghadapi musim hujan yang datang lebih awal dan potensi dampak yang ditimbulkannya, terutama di wilayah-wilayah rawan bencana.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait
