get app
inews
Aa Text
Read Next : Lima Kecamatan di Bojonegoro Bakal Dinaikan Level Jadi Kota, Mana Saja? Ini Penjelasanya

Survei Global Ungkap Indonesia Paling Cemas AI Gantikan Pekerjaan, Jepang Justru Paling Santai

Kamis, 21 Agustus 2025 | 08:10 WIB
header img
Ilustrasi seseorang sedang bekerja menggunakan AI. (Foto: AI)

JAKARTA, iNewsBojonegoro.id - Masyarakat Indonesia tercatat sebagai salah satu yang paling cemas terhadap potensi kecerdasan buatan (AI) menggantikan pekerjaan manusia. Hal ini terungkap dalam survei global bertajuk Global Public Opinion on Artificial Intelligence (GPO-AI) yang dirilis pada 2024.

Survei yang dilakukan oleh Schwartz Reisman Institute for Technology and Society (SRI) bersama Policy, Elections, and Representation Lab (PEARL) di Munk School of Global Affairs & Public Policy, University of Toronto ini mengungkap perbedaan pandangan mencolok antar negara terkait risiko otomatisasi.

Sebanyak 76 persen responden asal Indonesia menyatakan khawatir bahwa pekerjaan mereka dapat tergantikan oleh komputer atau mesin dalam satu dekade ke depan. Angka ini menempatkan Indonesia bersama India (75 persen) dan Pakistan (72 persen) sebagai tiga negara dengan tingkat kekhawatiran tertinggi.

Sebaliknya, warga di negara maju justru menunjukkan rasa percaya diri yang lebih tinggi dalam menghadapi perkembangan AI. Di Jerman, hanya 34 persen responden yang merasa pekerjaannya berisiko tergantikan oleh AI. Sementara Jepang mencatat tingkat kekhawatiran terendah, dengan hanya 5 persen responden yang merasa “pasti” akan kehilangan pekerjaan karena AI.

“Responden memandang anak-anak mereka dan generasi mendatang sebagai kelompok yang paling rentan terhadap kehilangan pekerjaan akibat mesin, lebih daripada diri mereka sendiri,” tulis laporan GPO-AI yang dikutip Rabu (20/8/2025).

Studi ini melibatkan lebih dari 1.000 responden dari 21 negara. Temuannya mencerminkan bahwa ketakutan terhadap AI sangat dipengaruhi oleh konteks sosial-ekonomi, kecepatan adopsi teknologi, dan tingkat perlindungan tenaga kerja di masing-masing negara.

Selain potensi kehilangan pekerjaan, studi ini juga menyoroti isu lain seputar AI, seperti bahaya deepfake dan pentingnya regulasi negara.

Fenomena ini menjadi sinyal bagi Indonesia untuk segera mengantisipasi dampak revolusi AI. Ketimbang sekadar larut dalam kecemasan, penting bagi pekerja dan pembuat kebijakan untuk mulai mengembangkan keterampilan baru dan memperkuat sistem perlindungan tenaga kerja.

Editor : Arika Hutama

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut