Riset di Bojonegoro: Ungkap Peran Semut Pulihkan Tanah Tercemar di Tambang Minyak Wonocolo
BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Penelitian terbaru yang dilakukan di Bojonegoro, menunjukkan bahwa agen hayati lokal berperan penting dalam proses pemulihan tanah yang tercemar akibat aktivitas penambangan minyak tradisional.
Hal tersebut diungkap oleh Dosen Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro (Unigoro), Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc.,. Dia memaparkan temuan terbaru terkait mekanisme bioremediasi tanah berbasis potensi lokal di kawasan tambang minyak tradisional Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
Pada riset sebelumnya, Laily menemukan bahwa semut yang mendominasi sebagai makrofauna tanah di Wonocolo mampu mengakumulasi logam berat di dalam tubuh dan sarangnya.
Temuan ini kemudian dikembangkan dalam penelitian lanjutan pada tahun ini.
Laily menjelaskan, lahan di kawasan Wonocolo telah lama diketahui mengalami pencemaran logam berat.
Setelah memastikan kesesuaian jenis logam berat yang terdapat di tanah dan yang terakumulasi pada tubuh semut, ia memfokuskan penelitian pada validasi kemampuan semut sebagai remediator alami.
“Analisis kandungan logam berat dilakukan menggunakan metode X-Ray Fluorescence (XRF) pada sampel tanah dan tubuh semut. Hasilnya kemudian dianalisis lebih lanjut dengan Principal Component Analysis (PCA) dan Bioaccumulation Factor (BAF),” jelasnya, kepada Bojonegoro.iNews.id, senin (22/12).
Hasil pengujian menunjukkan kemiripan signifikan antara kandungan logam berat di tanah dan yang terdeteksi pada tubuh semut.
Pada sampel tanah, teridentifikasi 12 jenis logam berat, yakni aluminium (Al), barium (Ba), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), nikel (Ni), renium (Re), titanium (Ti), seng (Zn), zirkonium (Zr), vanadium (V), dan stronsium (Sr).
Sementara itu, pada tubuh semut terdeteksi 10 jenis logam berat, antara lain Al, Cu, Fe, Mn, Ni, Re, Ti, Zn, Zr, dan Sr.
Temuan menarik lainnya muncul saat proses observasi semut di laboratorium. Laily menemukan adanya jamur yang tumbuh pada media tanah percobaan.
Fenomena tersebut membuka peluang riset baru terkait interaksi semut dengan mikroflora di ekosistem tambang minyak tradisional.
“Temuan ini memberi insight baru tentang kemungkinan peran mikroflora dalam proses bioremediasi. Namun, tentu masih memerlukan penelitian lanjutan untuk memastikan kontribusinya,” ujarnya.
Akademisi yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unigoro ini menambahkan, jamur tersebut direncanakan akan diuji DNA-nya untuk memastikan apakah termasuk spesies asli atau endemik Wonocolo.
Jika terbukti, mikroflora tersebut berpotensi menjadi agen bioremediasi alami yang mempercepat pemulihan lingkungan.
“Harapannya, tanah di Wonocolo dapat pulih menggunakan agen bioremediasi asli dari kawasan itu sendiri. Apalagi pada 2026 Kabupaten Bojonegoro akan mulai proses penilaian UNESCO Global Geopark (UGGp),".
Semoga persoalan pencemaran tanah tidak menjadi kendala, karena secara lokal sudah ditangani melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati,” pungkas Laily.
Editor : Arika Hutama