"Lebih dari 104 juta dollar AS telah diserap oleh 155 kontraktor lokal dari Kabupaten Bojonegoro, Tuban, dan Blora dari kegiatan operasi Lapangan Minyak Banyu Urip dan Kedung Keris. Beberapa di antara mereka ada yang sudah menjadi mitra usaha lapangan migas lain di Jawa Timur, Kalimantan dan Papua".
BOJONEGORO, iNews.id - Industri hulu minyak dan gas bumi termasuk industri padat modal dan padat teknologi, namun tidak padat karya. Sehingga tidak melibatkan banyak tenaga kerja dan kegiatan usaha yang massif. Sedangkan pada satu sisi, pemerintah menginginkan adanya dampak berganda yang langsung untuk masyarakat sekitar. Padahal pada awalnya, masyarakat sekitar belum siap.
Memitigasi persoalan ini, operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) melakukan pendampingan kepada masyarakat lokal. Mulai dari program berbasis potensi lokal, pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja, hingga pendampingan kepada para kontraktor lokal.
Untuk Program Pengembangan Masyarakat, EMCL menggandeng Non-Governmental Organization (NGO) lokal dari Bojonegoro, Tuban, dan Blora. Para NGO ini mendampingi dan memastikan perubahan positif di masyarakat sekitar operasi EMCL, baik bidang ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan.
para kontraktor lokal sedang berdiskusi dengan para pemateri, dalam pelatihan peningkatan kapasitas vendor lokal
Tidak hanya warga biasa, para pengusaha lokal pun ingin berkontribusi dalam proyek negara ini. Mereka pun mendapat pendampingan dalam tata cara lelang, pembuatan tagihan, penghitungan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), hingga bagaimana cara mendaftarkan badan usaha dalam sistem vendor terintegrasi yang tersentralisasi di SKK Migas. Sejak 2013, EMCL telah memfasilitasi mereka untuk mengikuti 25 kali peningkatan kapasitas usaha tersebut.
Upaya tersebut diiringi dengan terbukanya peluang bagi mereka untuk ikut serta dalam pengadaan barang dan jasa. Tidak sedikit dari mereka kini berkembang menjadi perusahaan besar. Bahkan beberapa di antara mereka sudah melebarkan jaringan usaha ke wilayah migas di daerah lain, seperti Gresik, Kalimantan, hingga Papua.
“Saya meyakini, dalam ikhtiar apapun, kita harus terus belajar. Baik itu kerja maupun berbisnis, kita tetap harus terbuka, belajar, terus memperbaiki diri, dan pantang menyerah,” ucap Mukhlas, Direktur PT Pangastuti Excellence dari Desa Gayam, Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.
Hal senada disampaikan, Mintarsih. Pengusaha perempuan dari Desa Bonorejo ini mengakui bahwa banyak kontraktor lokal yang berhasil, namun juga tidak sedikit yang berhenti. Kata dia, perbedaan di antara mereka adalah cara menyikapi masalah dan sikap profesional dalam bekerja. Orang yang tidak mau belajar akan dengan sendirinya terseleksi alam.
Industri hulu migas tentu tidak selamanya. Akan ada masa ketika sumbernya berkurang dan menyisakan sedikit peluang. Oleh karena itu, EMCL mendorong para pengusaha lokal ini untuk terus memperluas jaringan dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
“Kita bertumbuh bersama masyarakat dan pengusaha lokal. Hal ini sudah menjadi bagian terpadu dalam cara kami beroperasi,” ucap External Engagement and Socioeconomic Manager EMCL, Tezhart Elvandiar, senin (25/11/2024).
Menurutnya, kolaborasi yang baik akan menghasilkan pencapaian terbaik. Kita turut andil dalam kerja bersama guna membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait