Sekolah Rakyat Bojonegoro, Harapan Baru Anak Miskin Menyentuh Langit Pendidikan

Dedi M.A
Sejumlah calon siswa sekolah rakyat Bojonegoro, saat hendak menjalani tes kesehatan. (Foto: Dedi / iNews)

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Di balik senyum lelah namun penuh harap Astuti (37), ibu rumah tangga asal Desa Kalirejo, tersimpan perjuangan yang tak ringan. Baginya, menyekolahkan anak bukan sekadar rutinitas, tapi langkah besar menuju masa depan lebih baik. Ketika putrinya, Aisyah Nur Hidayah, diterima di salah satu SMA Negeri di Bojonegoro, ia sempat merasa lega. Namun, keadaan ekonomi keluarga membuatnya harus berpikir dua kali.

“Awalnya saya bingung. Mau sekolah negeri tapi bingung biayanya. Alhamdulillah ada informasi dari pendamping PKH soal Sekolah Rakyat,” ujar Astuti saat ditemui di Gedung Sekolah Rakyat, Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Senin (14/7/2025).

Sekolah Rakyat (SR) adalah program pendidikan gratis yang dirancang untuk anak-anak dari keluarga miskin. Semua kebutuhan—dari seragam, buku, hingga asrama—ditanggung sepenuhnya oleh negara. Program ini menjadi titik balik bagi banyak orang tua seperti Astuti, yang harus memilih antara pendidikan dan kebutuhan pokok harian.

Tak Sekadar Sekolah, Tapi Juga Tempat Tumbuh

Aisyah bukan satu-satunya yang menggantungkan harapan pada program ini. Ada 100 anak dari berbagai pelosok Bojonegoro yang ikut seleksi akhir, didampingi oleh keluarga, pendamping desa, dan bahkan diantar menggunakan mobil siaga desa. Tes kesehatan menjadi bagian dari tahap akhir sebelum mereka resmi diterima.

“Pihak sekolah negeri sempat kaget, kok anaknya ditarik. Tapi setelah dijelaskan bahwa ini program dari pusat, dan gratis total, mereka akhirnya mengerti,” cerita Astuti.

Gedung Sekolah Rakyat sendiri dulunya merupakan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) yang kini disulap menjadi asrama dan ruang belajar. Namun nilai lebih dari program ini bukan hanya pada fisik bangunannya.

Pendidikan yang Membentuk Karakter

Muhammad Shobari, Kepala Sekolah Rakyat Bojonegoro, memiliki alasan pribadi mengapa ia menerima amanah ini dengan sepenuh hati.

“Saya dulu juga dari keluarga penerima raskin. Dulu saya nggak berani punya mimpi besar. Sekarang, saya ingin anak-anak ini punya keberanian untuk bermimpi dan mewujudkannya,” ungkapnya dengan mata berkaca.

Di bawah kepemimpinannya, program SR akan fokus pada pembangunan karakter selama tiga bulan pertama. Asrama bukan hanya tempat tidur, tapi lingkungan yang membentuk kebersamaan, disiplin, dan semangat juang.

Dukungan Pemerintah yang Nyata

Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Bojonegoro, Dwi Ratna Putri P, memastikan bahwa semua elemen teknis terus dikebut. Dari sarana prasarana hingga kurikulum, semua disiapkan sesuai standar nasional, dengan tambahan fokus pada penguatan karakter.

“Mulai 14 Juli, tahap 1A sudah berjalan dengan 63 Sekolah Rakyat. Untuk Bojonegoro, yang masuk tahap 1B, akan mulai akhir Juli atau awal Agustus. Semua fasilitas sudah hampir siap,” jelas Dwi Ratna.

Kisah Astuti dan Aisyah hanyalah satu dari sekian banyak narasi perjuangan keluarga miskin untuk meraih pendidikan yang layak. Sekolah Rakyat hadir sebagai jawaban nyata bagi mereka yang selama ini merasa tertinggal. Di ruang-ruang belajar yang kini hidup kembali, anak-anak seperti Aisyah mulai menulis masa depan dengan tinta harapan.

Editor : Arika Hutama

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network