BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id – Kemacetan di dua ruas jalan utama Kota Bojonegoro, yakni Jalan Monginsidi dan Jalan Panglima Polim, kian meresahkan masyarakat. Kondisi lalu lintas yang padat terutama terjadi saat jam berangkat dan pulang sekolah, diperparah oleh keberadaan perlintasan kereta api yang kerap menimbulkan antrean panjang kendaraan.
Ribuan pengendara, terutama pelajar yang menggunakan sepeda motor, kerap menumpuk di titik tersebut. Selain itu, banyaknya kendaraan besar dari arah Jalan Gajah Mada turut memperparah situasi.
"Wah, setiap pagi pasti macet, apalagi saat banyak anak-anak naik motor berangkat sekolah," ungkap Rokhim, warga Kelurahan Sukorejo, selasa (15/7).
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Bojonegoro segera merealisasikan pembangunan jalan lingkar selatan atau ring road sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi kepadatan lalu lintas di pusat kota.
"Dulu katanya mau dibangun ringroad, tapi sampai sekarang ko belum jelas kelanjutannya," tambah Rokhim.
Dishub Siagakan Petugas, Tapi Dinilai Belum Efektif
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bojonegoro, Aan Syahbana, menyebut pihaknya telah menyiagakan petugas di beberapa titik rawan kemacetan, termasuk perlintasan kereta api di Jalan Monginsidi dan Jalan Panglima Polim.
"Memang kemacetan paling parah terjadi saat jam berangkat dan pulang sekolah. Kami sudah menempatkan petugas, tapi itu yang baru bisa kami upayakan," jelas Aan.
Pembangunan Ring Road Masuk RPJMD, Tapi Masih Mandek?
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah merancang pembangunan ring road sejak 2020 sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018–2023. Proyek ini dirancang untuk mengalihkan arus kendaraan berat dari dalam kota ke jalur alternatif di wilayah selatan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, rencana pembangunan ring road sepanjang 23 kilometer ini akan melintasi sejumlah desa, seperti Ngujo (Kalitidu), Ngumpakdalem (Dander), dan beberapa desa di Kecamatan Kapas. Proyek ini juga mencakup pembangunan jalan layang di atas rel kereta api di titik masuk dan keluar (Ngujo dan Proliman), serta pembebasan lahan untuk pembangunan jalan selebar total 16 meter (termasuk trotoar).
Meski telah mendapat dukungan dari pemerintah desa setempat, hingga kini proyek ini belum menunjukkan perkembangan signifikan. Warga mendesak agar pembangunan ini segera diprioritaskan demi kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan di kawasan perkotaan Bojonegoro.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait