Kemarau Basah Hantam Petani Tembakau di Bojonegoro, Ahli Klimatologi Sebelumnya Sudah Mengingatkan

Arika Hutama
Tanaman tembakau milik petani di Bojonegoro mati. (Foto: Dedi / iNews)

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Cuaca tak menentu akibat fenomena kemarau basah menimbulkan dampak serius bagi petani tembakau di Desa Sembung, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Belasan hektar tanaman tembakau milik warga rusak parah, bahkan sebagian telah mati mengering akibat curah hujan yang masih tinggi di tengah musim kemarau.

Data di lapangan menunjukkan lebih dari 19 hektar lahan tembakau siap panen yang telah berumur rata-rata 70 hari mengalami kerusakan signifikan. Banyak tanaman yang sebelumnya tumbuh subur kini tampak layu dan tak lagi bisa diselamatkan.

Kondisi ini membuat petani terpukul. Salah satu petani, Sarkam, mengaku kehilangan ribuan tanaman yang ia budidayakan dengan penuh harapan sejak awal musim kemarau.

“Kerugian biaya terutama pada saat proses perawatan, mulai dari masa pembibitan, penanaman dan penyulaman, hingga pemupukan,” jelas Sarkam, Jumat (1/8).

Ia mengatakan bahwa sekitar lima ribu tanaman tembakaunya telah rusak, dan sebagian besar mati mengering. Kerugian diperkirakan mencapai jutaan rupiah akibat investasi modal dan tenaga yang sudah dikeluarkan sejak awal musim tanam.

Untuk meminimalisir kerugian lebih besar, sejumlah petani kini mulai membuat saluran drainase dan meninggikan bedengan agar lahan tidak tergenang saat hujan kembali turun. Upaya ini diharapkan bisa menyelamatkan tanaman yang masih hidup agar tetap dapat dipanen, meski hasilnya tak maksimal.

Petani berharap cuaca segera kembali normal. Tembakau yang merupakan tanaman musim kering, memang sangat rentan terhadap kelebihan air.

“Jika cuaca buruk ini terus berlanjut, maka hampir dipastikan petani tembakau akan menderita kerugian yang lebih besar akibat mengalami gagal panen,” tambah Sarkam.

Fenomena kemarau basah sendiri telah diprediksi sejumlah ahli. Musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung lebih singkat, namun disertai curah hujan dengan intensitas yang bervariasi.


Ahli Klimatologi Unigoro Dr. Heri Mulyanti, S.Si., M.Sc., saat memaparkan kondisi wilayah Bojonegoro. (Foto: dok Unigoro)

Ahli klimatologi dari Universitas Bojonegoro, Dr. Heri Mulyanti, S.Si., M.Sc., menjelaskan bahwa meskipun kalender musim menunjukkan kemarau dimulai sejak pertengahan April, namun hujan masih turun di banyak wilayah. Hal ini menandakan bahwa kemarau tahun ini tidak berlangsung kering seperti biasanya.

“Perubahan iklim yang semakin dinamis membuat prediksi musim semakin sulit. Suhu laut di sekitar Pulau Jawa juga masih hangat, sementara El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) menunjukkan kondisi positif netral. Artinya, potensi hujan pada bulan April masih cukup tinggi,” ujar Dr. Heri, Senin (21/4/2025).

Ia menegaskan bahwa kondisi ini perlu diantisipasi dengan serius oleh petani tembakau. Sebab, curah hujan yang terus turun dapat menurunkan kualitas dan produktivitas tanaman.

“Petani harus mulai memikirkan strategi agar tanaman tembakau tetap tumbuh optimal meski diselingi hujan. Termasuk cara pengeringan yang tepat agar hasil panen tidak menurun,” jelas dosen Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro itu.

Editor : Dedi Mahdi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network