BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Puluhan produsen jamu tradisional tampak tersenyum puas di Balai Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Selasa (9/9/2025). Mereka merayakan penutupan program pemberdayaan yang digagas Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Jurnalistik (P2J) Universitas Bojonegoro (Unigoro), melalui skema PPK Ormawa 2025.
Sejak bulan Juli, Tim PPK Ormawa P2J Unigoro mendampingi para produsen jamu di Desa Ngablak untuk menciptakan ekosistem pemasaran jamu tradisional yang legal, higienis, modern, dan berkelanjutan. Pendampingan tersebut mencakup berbagai aspek, mulai dari pelatihan branding dan kemasan produk, pemasaran digital, hingga penanaman tanaman obat keluarga (toga) dengan metode vertikultur.
Ketua Tim Pelaksana PPK Ormawa P2J Unigoro, Muhammad Edi Prayitno, menyampaikan apresiasi atas dukungan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.
“Kami ingin membantu pemasaran jamu yang masih berskala kecil menjadi berskala besar. Agar bisa semakin dikenal oleh masyarakat Bojonegoro. Termasuk juga membantu membuat branding kemasan yang lebih baik untuk menarik minat konsumen jamu. Selain itu, kami ingin mengenalkan metode vertikultur untuk menjadi solusi bagi produsen jamu agar tanaman toganya terhindar dari banjir,” jelasnya.
Penutupan program turut dihadiri Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kerja Sama Unigoro, Erwanto, M.Si., serta Pembina UKM P2J Unigoro, Ir. Ardana Putri F.D., ST., MT.
Keduanya memberikan apresiasi atas keberhasilan pelaksanaan program yang bertajuk Peningkatan Jamu Tradisional Desa Ngablak Bojonegoro melalui Harmonisasi Echotechnology dan Nilai Warisan Budaya menuju Pemantapan Indonesian Intangible Cultural Heritage, yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) RI.
Sebagai bentuk dukungan lanjutan, para produsen jamu menerima secara simbolis bantuan alat produksi berupa panci dan botol kemasan food grade dalam berbagai ukuran.
Ketua Paguyuban Produsen Jamu Desa Ngablak, Umi Hanik, menyampaikan rasa terima kasihnya atas program pendampingan yang menurutnya sangat bermanfaat bagi keberlangsungan usaha jamu di desanya.
“Saya mewakili paguyuban mengucapkan terima kasih karena sudah banyak diberi ilmu tentang pengelolaan jamu yang lebih higienis dan menarik. Semoga ilmu tersebut bermanfaat untuk paguyuban ini ke depannya,” ungkapnya.
Saat ini, seluruh produsen jamu di Desa Ngablak telah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan akun e-commerce yang diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan omzet penjualan.
Selain itu, instalasi vertikultur yang kini dimiliki oleh warga juga menjadi inovasi baru dalam budidaya toga di lahan terbatas dan rentan banjir.
Program ini menjadi bukti bahwa pendekatan kolaboratif antara perguruan tinggi dan masyarakat dapat membawa perubahan nyata, tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam pelestarian budaya lokal.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait