BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Di halaman belakang rumah sederhana di Desa Sambiroto, Bojonegoro, aroma malam batik bercampur hangatnya tanah dan suara obrolan lembut para perempuan desa. Dua ember lilin tersimpan di bawah meja kayu panjang, sementara botol-botol berisi warna-warni pewarna kain berjajar rapi di sisi dinding.
Di antara kain-kain bernuansa biru, tampak motif Bunga Sambiloto, Agni (simbol kayangan api), dan corak khas lainnya yang menjadi identitas Batik Kembang Sambiloto Sambiroto.
Dari tempat sederhana itulah, lahir karya-karya indah hasil tangan terampil para ibu desa. Tak sekadar batik, tetapi simbol pemberdayaan, ketekunan, dan kebanggaan akan identitas lokal.
Dari Masa Pandemi Menuju Eksistensi
“Awalnya sulit sekali,” tutur Tatik (53), Ketua Kelompok Batik Sambiloto, sembari memperlihatkan kain batik cap hasil karya kelompoknya. Perempuan yang juga berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak itu mengaku, perjalanan usahanya dimulai pada masa pandemi Covid-19 tahun 2021—saat banyak aktivitas masyarakat berhenti.
Batik saat dikeringkan
Namun, dari keterbatasan itu, peluang tumbuh. Dukungan datang dari PT Pertamina EP Sukowati Field, yang melihat potensi pemberdayaan warga di sekitar wilayah operasinya. “Pertamina membantu pelatihan, peralatan, sampai pemasaran. Itu membuat kami bisa terus berkembang,” ujar Tatik.
Batik Sambiloto juga mendapatkan fasilitasi hak paten dari Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Bojonegoro. Motif utama mereka terinspirasi dari tumbuhan Bunga Sambiroto, tanaman obat yang dulunya mudah dijumpai di sekitar desa.
“Sekarang agak susah dicari, mungkin karena musim,” katanya sambil tersenyum kecil. “Waktu didaftarkan, ternyata nama ‘Sambiroto’ sudah dipakai. Jadi kami ubah jadi ‘Sambiloto’. Tapi maknanya tetap sama.”
Menembus Pasar hingga Aljazair
Siapa sangka, dari halaman belakang rumah di Bojonegoro, batik buatan tangan ibu-ibu ini telah menembus pasar internasional. “Penjualan paling jauh pernah sampai ke Aljazair,” ujar Tatik bangga.
Saat ini, kelompoknya memiliki lebih dari 20 perajin, dengan 11 di antaranya aktif memproduksi. Ada lima motif utama Batik Sambiloto serta tujuh motif kombinasi Jonegoroan. Mereka juga aktif memasarkan produk lewat media sosial, khususnya di akun Instagram @batik_sambiloto_bojonegoro.
“Harapan kami sederhana, semoga batik ini dikenal luas dan kami bisa terus dilibatkan dalam kegiatan daerah,” kata Tatik penuh harap.
Beragam motif batik sambiloto
Dukungan Berkelanjutan
Sementara itu, perwakilan Pertamina Zona 11, M. Rafi, membenarkan bahwa Batik Sambiloto menjadi bagian dari program binaan sejak pandemi. “Batik tersebut sudah jadi binaan kami sejak era Covid 2021. Saat ini ada 12 ibu-ibu yang aktif tergabung,” jelasnya.
Bagi Rafi, keberhasilan kelompok batik ini bukan hanya soal ekonomi kreatif, tetapi juga tentang semangat perempuan desa yang bangkit dari keterbatasan menjadi penggerak ekonomi lokal.
Di tangan mereka, lilin, kain, dan pewarna bukan sekadar alat, melainkan simbol perjuangan dan identitas. Dari halaman belakang rumah Tatik, lahir cerita tentang bagaimana desa kecil bisa menghasilkan karya besar sebuah kisah tentang ketekunan, kolaborasi, dan cinta pada budaya lokal.
Editor : Arika Hutama
Artikel Terkait
