BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Dalam rangka memperkuat perspektif mahasiswa terhadap konsep dan praktik pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam konteks agribisnis dan pembangunan desa, Program Studi Agribisnis Universitas Bojonegoro (Unigoro), menggelar kuliah praktisi.
Kegiatan tersebut berlangsung di Hall Suyitno, Selasa (30/12/2025). Kuliah praktisi ini menghadirkan Arif H. Ayik, Co Founder Rafting Kertosari Pasuruan, sebagai narasumber utama.
Dalam paparannya, Ayik menegaskan bahwa esensi utama pemberdayaan adalah membangun kesadaran masyarakat agar mampu berdaya secara mandiri.
Ia menjelaskan, terdapat tiga pendekatan utama yang perlu dipahami dalam pemberdayaan masyarakat, yakni community organization (pengorganisasian masyarakat), community empowerment (pemberdayaan masyarakat), dan community development (pengembangan masyarakat). Setiap pendekatan memiliki fokus dan strategi yang berbeda.
“Jika kita memilih pendekatan community empowerment, maka komunitas harus diperkuat baik dari sisi hard skill maupun soft skill. Tujuannya agar mereka benar-benar mampu mengelola potensi yang dimiliki,” ujar Ayik.
Lebih lanjut, Ayik memaparkan bahwa proses pengorganisasian masyarakat dapat dimulai dari pendekatan awal, fasilitasi proses, perancangan strategi, pengerahan aksi, hingga penataan keberlanjutan program dan pembangunan sistem pendukung.
Ia menekankan pentingnya tanggung jawab moral pendamping setelah program pemberdayaan dijalankan.
“Misalnya kita mengadakan pelatihan digital marketing. Kegiatannya tidak boleh berhenti di pelatihan saja, tetapi harus dilanjutkan dengan pembuatan akun dan pendampingan operasional. Harus ada perubahan yang jelas antara sebelum dan sesudah program,” jelasnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Chief Development Officer (CDO) Sirkula Indonesia tersebut turut memberikan contoh implementasi pemberdayaan masyarakat di sektor agribisnis, khususnya dalam mendorong kemandirian pangan desa.
Ia menguraikan tahapan dan kegiatan konkret berdasarkan perspektif community development.
“Dalam community development, kata kuncinya adalah petani harus terorganisir, berdaya, dan mandiri,".
"Kegiatan konkretnya bisa berupa pembangunan lumbung pangan berbasis kelompok tani, integrasi dengan BUMDes, pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian, hingga kerja sama pemasaran. Tujuan akhirnya adalah desa memiliki cadangan pangan mandiri,” paparnya.
Kuliah praktisi yang dimoderatori oleh M. Yusuf Dawud, SP., M.Agr., tersebut berlangsung interaktif. Mahasiswa Agribisnis Unigoro aktif berdiskusi dan menggali strategi pemberdayaan masyarakat langsung dari pengalaman praktisi di lapangan.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait
