5 Bulan Ambruk, Begini Kondisi Proyek Tebing Rp40 Miliar di Bengawan Solo Bojonegoro

BOJONEGORO.INEWS.ID – Kondisi proyek pelindung tebing Sungai Bengawan Solo di Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, yang ambruk sejak lima bulan lalu, kini semakin memprihatinkan. Hingga akhir Mei 2025, belum terlihat adanya perbaikan signifikan pada megaproyek bernilai Rp40 miliar ini.
Pantauan di lapangan menunjukkan belasan tiang pancang roboh dan terendam air sungai. Di lokasi proyek hanya terlihat dua excavator yang beroperasi serta dua unit crane yang disiapkan untuk pemasangan tiang pancang baru.
Proyek ini dikerjakan oleh PT Indopenta Bumi Permai, dan telah ambrol sejak Desember 2024 lalu. Salah satu warga setempat, NA, menyampaikan bahwa kerusakan makin parah setelah wilayah tersebut beberapa kali terdampak banjir luapan Bengawan Solo.
“Setelah banjir beberapa kali, kondisinya semakin parah. Dan sampai sekarang belum ada perbaikan,” ujarnya, Sabtu (31/5/2025).
Perubahan Desain Tunggu Rekomtek BBWS
Menanggapi kondisi tersebut, Juru Bicara PT Indopenta Bumi Permai, Ardhiyana, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih dalam tahap pembuatan dudukan untuk akses tiang pancang. Proyek mengalami sedikit perubahan desain, yang disesuaikan dengan rekomendasi teknis dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
“Ada perubahan desain, tapi tidak signifikan dan tidak mengubah RAB sebelumnya. Kami sesuaikan dengan rekomtek ITS,” kata Ardhiyana.
Namun, hingga kini proses teknis belum bisa dilanjutkan sepenuhnya karena masih menunggu rekomendasi teknis dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.
“Kami juga masih menunggu rekomtek dari BBWS. Apalagi beberapa hari terakhir, kawasan ini kembali tergenang banjir,” tambahnya.
Selama banjir berlangsung, pihak kontraktor juga melakukan evakuasi bronjong yang sebelumnya telah terpasang untuk mencegah kerusakan lebih lanjut akibat arus deras sungai.
Proyek Rp40 Miliar Belum Tuntas
Diketahui, proyek pembangunan pelindung tebing Sungai Bengawan Solo ini memiliki total panjang 980 meter dan terbagi di dua lokasi, yakni Desa Tanggungan sepanjang 200 meter dan Desa Lebaksari sepanjang 70 meter. Proyek tersebut memiliki nilai pagu sebesar Rp40 miliar, sebagaimana tercatat dalam dokumen Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Ambruknya tebing di tengah pengerjaan memicu kekhawatiran warga sekitar, terlebih karena proyek ini dirancang sebagai pelindung pemukiman dari ancaman abrasi sungai terpanjang di Pulau Jawa.
Hingga kini, masyarakat masih menunggu kejelasan kelanjutan proyek yang sempat digadang-gadang sebagai salah satu infrastruktur prioritas penanggulangan bencana di wilayah Bojonegoro bagian timur.
Editor : Arika Hutama