Kisah Keberanian LB Moerdani di Tengah Baku Hantam Pasukan RPKAD dengan Cakrabirawa

Solichan Arif
Mayor Infanteri Benny Mordani dan Presiden Soekarno seusai penyematan Bintang Sakti di halaman Istana Merdeka pada November 1960. Foto : Repro.

SURABAYA, iNewsBojonegoro.id - Ketegangan antarpasukan ABRI (sekarang TNI) pernah terjadi di masa pemerintahan Presiden Soekarno. Saat itu, tahun 1964, pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD (sekarang Kopassus) berhadap-hadapan dengan pasukan Tjakrabirawa atau Cakrabirawa dari unsur KKO (sekarang Marinir). 

Gesekan yang berujung dengan baku hantam massal di lapangan Banteng itu, dipicu aksi saling ejek. “Tanpa jelas yang menjadi penyebabnya, mendadak saja terjadi insiden. Dimulai dengan saling ejek-mengejek, kemudian berlanjut menjadi perkelahian massal,” kata Benny Moerdani atau LB Moerdani seperti dikutip dalam buku Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan (1993).    

Adu fisik di lapangan Banteng pertengahan tahun 1964 itu membuat situasi semakin panas. Pasukan RPKAD yang merasa kalah jumlah dengan KKO Cakrabirawa yang asramanya di Kwini, yakni hanya berseberang jalan dengan lokasi kejadian, langsung berinisiatif mengontak rekan-rekannya di Cijantung. Dalam waktu cepat datang bantuan dengan iring-iringan truk.

Saling ejek yang berubah adu jotos ditengarai hanya akumulasi kecemburuan. Sebelum insiden terjadi, kehadiran Resimen Cakrabirawa yang dibentuk pada awal Mei 1963, sejak awal telah menimbulkan sentimen tersendiri bagi kesatuan lain, terutama RPKAD. Cakrabirawa merupakan kesatuan khusus yang bertugas menjaga keamanan Presiden Soekarno.

Dalam “Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa, Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66”, Maulwi Saelan mengatakan, gagasan pembentukan Cakrabirawa timbul pasca insiden percobaan pembunuhan Bung Karno pada saat salat Idul Adha 1962 di Istana Negara.

Sebagai kesatuan khusus, Cakrabirawa memiliki kekuatan 3.000 personel yang semuanya berasal dari empat unsur angkatan (AD, AL, AU dan Kepolisian). Mereka merupakan kumpulan dari para tentara pilihan. “Mereka ini prajurit-prajurit para yang matang dan prajurit gerilya yang sempurna,” kata Bung Karno seperti dikutip dari Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan.

Karena alasan khusus, pimpinan ABRI memperlakukan Cakrabirawa istimewa. Mulai plat nomor kendaraan dinas yang dipakai, hingga seragam personel Cakrabirawa dibuatkan berbeda dengan yang lain. Warna seragam pasukan Cakrabirawa juga tidak sama dengan kesatuan lainnya. Kendati demikian baret yang dipakai Cakrabirawa berwarna merah bata, nyaris mirip dengan baret merah kebanggaan pasukan RPKAD.

Menurut AKBP Mangil, Komandan Detasemen Kawal Pribadi Resimen Cakrabirawa, saat pemakaian baret pertama kali dikenalkan, mereka masih meminjam baret RPKAD. Untuk membedakan dengan warna merah RPKAD, ditambahkan zat pewarna. “Warnanya bisa kami ubah dari merah menyala menjadi merah bata,” kata Mangil.  

Pasukan RPKAD memakai baret dengan posisi miring ke kanan. Sedangkan Cakrabirawa miring ke arah kiri. Dalam perjalanannya, kemiripan warna baret antara pasukan komando (RPKAD) dengan pasukan istimewa (Cakrabirawa) kerap menyulut perselisihan. Para anggota RPKAD berpendapat, sebagai bukan pasukan komando, Cakrabirawa tidak pantas mengenakan baret merah.

Editor : Prayudianto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network