Saat berkunjung ke markas Tesla, Luhut mengungkapkan sudah membicarakan banyak hal, termasuk keuntungan yang didapatkan. Salah satunya adalah biaya produksi akan lebih murah dibandingkan negara lain.
“Besok kita bicara lagi sama mereka (Tesla), kita lihat mereka mau lari kemana. Material ada di kita, biaya kita lebih murah bisa 5 sen (Rp1.903) per kWh harga listrik. Transportasi dari raw material USD 2, dia bawa ke China bisa USD 15-20, harga listrik 10-12 sen per kWh. Siapa bisa lawan kita?” ujar Luhut.
Di sisi lain, Luhut mengemukakan Indonesia sedang berdiskusi dengan beberapa pabrikan besar, seperti Ford, BASF, dan Volkswagen Group, untuk investasi lebih besar.
“Kita sedang membangun ekosistem baterai, kita punya semua bahan, hanya lithium yang kita tidak punya. Nantinya, 2024 kuartal ketiga kita akan produksi baterai. Pada 2028, kita akan menjadi produsen baterai terbesar di dunia,” kata Luhut.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait