Saat Gadget Dikalahkan Gamelan: Cerita Anak Desa Kaliombo, Menabuh Nada Melawan Lupa

Dedi Mahdi A.
Anak-anak sekolah dasar saat berlatih di Sanggar Joyo Tirto Budoyo Laras (JTBL), Desa Kaliombo. Foto: Dedi Mahdi / iNews

PURWOSARI, iNewsBojonegoro.id - Suara gamelan terdengar lembut mengalun dari sebuah sanggar sederhana di Balai Desa Kaliombo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro. 

Di balik alunan nada yang syahdu itu, tampak belasan anak-anak berseragam sekolah dasar dengan wajah serius menatap kertas berisi notasi karawitan.

Tangan-tangan kecil mereka cekatan memukul bilah gamelan, menciptakan harmoni yang jarang terdengar di tengah derasnya arus budaya modern.

Mereka adalah murid-murid Sanggar Joyo Tirto Budoyo Laras (JTBL), kelompok seni binaan Desa Kaliombo yang kini mendapat dukungan dari PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 melalui program Pelestarian Seni Budaya Desa Kaliombo.

Bagi masyarakat setempat, gamelan bukan sekadar musik; ia adalah napas kehidupan, simbol kebersamaan, dan cermin nilai-nilai luhur Jawa. Namun, di tengah gempuran budaya pop dan dunia digital, minat generasi muda terhadap seni tradisional kian memudar.

“Dulu, setiap malam Minggu anak-anak ramai berlatih karawitan. Sekarang, mereka banyak dengan gadget,” tutur Rohmad Edi Suyanto, Kepala Desa Kaliombo, yang juga seorang pegiat karawitan sejak kecil. 

Kekhawatiran Rohmad bukan tanpa alasan, semakin sedikit anak muda yang tertarik untuk meneruskan tradisi gamelan.

Namun, harapan itu kini tumbuh kembali. Melalui Program Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) dari PEPC Zona 12, operator Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB). Desa Kaliombo mendapatkan dukungan konkret untuk menjaga denyut nadi kebudayaan lokal.

Program bertajuk BUSAMBO (Budaya Desa Kaliombo) ini tidak hanya menghadirkan pelatihan seni, tetapi juga membangun ekosistem budaya yang berkelanjutan.

“Sekarang di desa kami ada tiga sekolah dasar. Semua kami wajibkan memiliki kegiatan ekstrakurikuler di sanggar seni,” ujar Rohmad, saat ditemui di kantornya, senin (27/10).

Langkah itu membuahkan hasil. Anak-anak Desa Kaliombo kini kembali mengenal gending dan tembang Jawa. Bahkan, mereka telah beberapa kali tampil di acara-acara hajatan warga.

“Kalau mau pentas, teman-teman lebih semangat latihan. Rasanya senang bisa tampil bawa gamelan,” kata Widya, siswi kelas 6 SD yang telah setahun bergabung di sanggar tersebut.

Sementara itu, Rahmat Drajat, Manager Communication, Relations & CID PEPC Regional Indonesia Timur, menegaskan bahwa pelestarian budaya tradisional merupakan tanggung jawab bersama.

“Dukungan ini adalah komitmen nyata PEPC untuk menjaga warisan budaya Jawa. Gamelan bukan sekadar alat musik, melainkan simbol harmoni, ketelitian, dan kerja sama,” ujarnya.

Program pelestarian seni budaya Desa Kaliombo mencakup penyediaan satu set gamelan lengkap, pembangunan sanggar seni, pembuatan kostum, legalitas paguyuban, promosi kesenian, hingga pelatihan manajemen organisasi.

Tujuannya jelas, agar anak-anak di Desa Kaliombo memiliki ruang untuk belajar seni tradisional dengan cara yang menyenangkan, sekaligus menumbuhkan kebanggaan terhadap identitas lokal mereka sendiri.

“Kami berharap, semangat JTBL dapat menginspirasi komunitas lain di Bojonegoro untuk ikut menjaga warisan budaya bangsa,” tutup Rahmat.

Di Desa Kaliombo, denting gamelan kini tak lagi sekadar suara masa lalu. Ia menjadi nada harapan baru, tentang anak-anak yang menabuh instrumen leluhur, bukan sekadar untuk musik, tetapi untuk menjaga ingatan kolektif budaya mereka.

Editor : Arika Hutama

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network