Ecoton Soroti Bahaya Mikroplastik Sungai Bengawan Solo, Saat Kuliah Praktisi di Unigoro

Hanandiar
Direktur Eksekutif Environmental Community Empowerment (Ecoton), Dr. Daru Setyo Rini, S.Si., M.Si., saat pemaparan. Foto: iNews Bjn

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id – Isu pencemaran mikroplastik di ekosistem Sungai Bengawan Solo mendapat perhatian serius dari Program Studi Kimia Universitas Bojonegoro (Unigoro). 

Melalui kuliah praktisi, Unigoro menghadirkan Direktur Eksekutif Environmental Community Empowerment (Ecoton), Dr. Daru Setyo Rini, S.Si., M.Si., untuk membahas upaya pemulihan (recovery) kesehatan ekosistem sungai dari ancaman polutan air.

Kuliah praktisi tersebut digelar di Gedung H Fakultas Sains dan Teknik (Saintek) Unigoro, Rabu (17/12/2025), dan diikuti oleh mahasiswa Program Studi Kimia. 

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai dampak mikroplastik serta strategi mitigasi pencemaran lingkungan perairan.

Dalam pemaparannya, Daru menjelaskan bahwa pencemaran sampah di sungai-sungai Indonesia masih didominasi oleh sampah plastik. Bahkan, sekitar 47 persen di antaranya berasal dari popok sekali pakai.

Ia menguraikan siklus sampah plastik yang dimulai dari bahan baku kimia, penambahan zat aditif berbahaya, hingga proses pembuangan yang berpotensi menghasilkan polutan beracun. 

Sejumlah bahan kimia plastik yang perlu diwaspadai antara lain plasticizers phthalate DEHP, flame retardants terhalogenasi PBDE, serta stabilizers seperti timah, kadmium, organotimah, UV-327, dan UV-328.

“DEHP misalnya, digunakan agar plastik lebih fleksibel dan tahan lama, seperti pada kabel listrik, selang medis, lantai vinil, dan mainan. Namun zat ini dapat mengganggu sistem endokrin dan penggunaannya sudah dilarang di beberapa negara,” jelasnya.

Buruknya tata kelola sampah di Indonesia, lanjut Daru, membuat makhluk hidup semakin mudah terpapar mikroplastik. Paparan tersebut dapat berasal dari pembakaran sampah plastik maupun pembuangan langsung ke sungai. 

Ia mengungkapkan hasil riset Ecoton yang menemukan bahwa 72 persen ikan di Sungai Surabaya mengandung mikroplastik.

“Kondisi ini sangat berbahaya karena mikroplastik sudah masuk ke jaring-jaring makanan manusia dan berpotensi terakumulasi di dalam tubuh,” ungkap doktor ilmu lingkungan tersebut.

Daru menekankan pentingnya upaya pemulihan ekosistem sungai secara kolaboratif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain penyusunan tata kelola pengelolaan sampah yang holistik, perancangan desain operasional pengelolaan sampah berbasis kawasan, serta penyusunan skema pengurangan sampah dari rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir (TPA).

Selain itu, Ecoton juga mendorong partisipasi masyarakat dalam pemantauan pencemaran sungai dengan metode sederhana. 

“Masyarakat bisa menggunakan metode biotilik untuk menilai kualitas air melalui bioindikator makroinvertebrata. Bisa juga dengan metode MISTICScan, yakni mengumpulkan mikroplastik dengan menyaring air menggunakan kaleng aluminium dan jaring plankton,” terangnya.

Kuliah praktisi yang dimoderatori oleh M. Bakhru Thohir, S.Si., M.Sc., tersebut berlangsung interaktif. 

Mahasiswa Kimia Unigoro tidak hanya mendapatkan pemaparan materi, tetapi juga diajak melakukan praktik langsung untuk mengecek kandungan mikroplastik pada air kolam di lingkungan kampus.

Editor : Dedi Mahdi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network