Antri Operasi 2 Tahun & Hidup Pakai Kateter, Balita Nazril Butuh Perhatian Pemkab Bojonegoro

Dedi M.A
Nazril, saat dipangku sang ibu Juli Astutik di rumahnya. (Foto: Dedi / iNews)

BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Balita berusia 2 tahun 5 bulan asal Desa Tapelan, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tengah berjuang melawan penyakit langka yang mengharuskannya hidup dengan bantuan kateter sejak usia tiga bulan. Nazril Izzan Khoirulloh, anak kedua dari pasangan Moch Siswanto (40) dan Juli Astutik (30), didiagnosis mengalami Atresia Ani, yakni kondisi langka di mana bayi lahir tanpa anus.

Sejak lahir, Nazril telah menjalani dua kali operasi besar. Operasi pertama dilakukan saat ia baru berusia dua hari di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, dilanjutkan dengan operasi kedua di Kediri saat berusia tiga bulan. Namun, pascaoperasi tersebut, kondisi Nazril justru semakin kompleks karena saluran kemihnya tidak berfungsi normal dan hanya bisa mengeluarkan urine melalui selang kateter.

"Pascaoperasi pembuatan anus, ganti pipisnya gak keluar, bisa keluar harus pakai selang kateter, kalau selangnya lepas gak bisa pipis, anaknya nangis kesakitan kalau selangnya lepas. Ini dialami sejak Nazril umur 3 bulan sampai sekarang," ujar Juli Astutik saat ditemui di kediamannya.

Selama dua tahun terakhir, kateter menjadi alat vital dalam hidup Nazril. Bila kateter terlepas, dalam hitungan jam, saluran kencingnya kembali tersumbat, memicu rasa sakit yang hebat. Juli mengungkapkan, putranya sudah menjalani enam kali operasi tambahan akibat kateter yang lepas.

"Nazril sudah enam kali dioperasi akibat selangnya lepas. Karena anak kecil kadang karena tingkahnya jadi kateter lepas," tambah perempuan yang akrab disapa Yuli itu.

Nazril sempat dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Namun, meski telah menunggu selama dua tahun, operasi lanjutan belum juga dilakukan. Terakhir, keluarga mendapat jadwal kontrol pada Senin (11/8), dan pihak rumah sakit mengabarkan rencana operasi akan dilakukan pada 10 September mendatang.

"Hari ini tes lagi, rencana operasi tanggal 10 September," ungkap Juli.

Yang memprihatinkan, perjuangan keluarga Nazril tidak hanya terletak pada kondisi medis anak mereka, tetapi juga pada keterbatasan ekonomi. Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya berjualan cireng dari rumah. Dalam setiap kali kontrol maupun perawatan ke rumah sakit di Surabaya, mereka selalu menggunakan transportasi umum seperti bus dan kereta, karena tidak pernah mendapat bantuan mobil ambulans atau mobil siaga desa.

"Tidak pernah (ambulan maupun mobil siaga) karena biayanya lebih banyak. Pertamax, tol dan sopir," jelas Yuli.

Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai perhatian dari pemerintah daerah terhadap warganya yang sedang membutuhkan. Hingga kini, keluarga belum menerima bantuan yang signifikan dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

Saat dikonfirmasi mengenai kondisi tersebut, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono memberikan jawaban singkat.

"Sudah tak teruskan ke bu dinkes dan direktur RSUD," ujarnya singkat.

Editor : Arika Hutama

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network