Para siswa ini nantinya membuat bagian dari masing-masing sepeda motor berdasarkan jurusan keahliannya masing-masing. Dari empat jurusan yang dilibatkan yakni teknik kendaraan ringan otomotif (TKRO), teknik dan bisnis sepeda motor (TBSM) dan teknik permesinan (TPM), dan teknik instalasi listrik (Till) masing-masing jurusan mengirimkan dua orang siswanya, artinya ada delapan orang siswa dan empat guru pendamping yang dilibatkan.
Proses pembuatan sepeda motor listrik ini dimulai dari pembuatan kerangka atau bodi sepeda motor yang dibuat jurusan teknik kendaraan ringan otomotif (TKRO) yang melakukannya.
Pengendara motor trail listrik Cassa bisa melaju tanpa harus melakukan perpindahan gigi layaknya trail. Foto : MPI.
Sedangkan untuk urusan desain dan mesin yang menjadi penggerak sepeda motor dipercayakan pada teknik dan bisnis sepeda motor (TBSM) dan teknik permesinan (TPM). Siswa pun memulai membuat kerangka sepeda motornya dari besi gelondongan yang dibelinya.
Kemudian para siswa dibantu guru pendamping mendesain sedemikan rupa sepeda motor di laboratorium bengkel yang ada di sekolah di Jalan Raya Langsep, Kota Malang ini. Guru pendamping ini mengawasi pembuatan bagian sepeda motor masing-masing yang berbeda-beda.
"Baterainya dan perangkat kelistrikannya dibuatkan siswa juga semua buat sendiri, yang buat siswa jurusan listrik untuk baterai dan kelistrikannya. Baterai kita buat sendiri, rencana mau dibuat bulat pakai paralon tapi kesulitan dengan bodi akhirnya dibuat kotak disesuaikan dengan bodinya," kata Rusdi.
Editor : Prayudianto