BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mulai menunjukkan keseriusan dalam menindaklanjuti wacana pembangunan flyover dan jalan lingkar untuk mengurai kemacetan lalu lintas, khususnya dari kendaraan berat yang masih melintasi pusat kota.
Gagasan lama ini kini dikemas dalam proyek Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang terintegrasi dengan flyover, sebagai solusi jangka panjang mengatasi kepadatan kendaraan dan mendorong pertumbuhan kawasan.
Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, menggandeng Pusat Kajian Lembaga Pengembangan dan Kerjasama Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dalam menyusun studi kelayakan proyek tersebut. Dalam pertemuan awal yang digelar belum lama ini, tampak hadir pula Pj Sekda Andik Sudjawo serta sejumlah pejabat Pemkab Bojonegoro.
Meski masih dalam tahap laporan pendahuluan, pembangunan JLS ini dinilai menjanjikan dan ditunggu-tunggu masyarakat, karena dapat mengakselerasi pengembangan kota yang lebih modern, tertata, dan berkelanjutan.
Solusi Kemacetan dan Pendorong Ekonomi
Dalam keterangannya melalui akun media sosial resminya, Bupati Setyo Wahono menjelaskan bahwa keberadaan jalan lingkar sangat dibutuhkan, karena Kota Bojonegoro masih menjadi jalur utama kendaraan besar yang melintas dari dan menuju Jawa Tengah.
“Tujuannya untuk mengalihkan arus lalu lintas, mengurangi tingkat kepadatan, menambah keamanan dan kenyamanan, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan,” ujar Bupati, jumat (15/8).
Pria asal Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo Bojonegoro ini menambahkan, jika kondisi geografis wilayah membuat pengembangan kota lebih memungkinkan dilakukan ke arah selatan, karena sisi utara Bojonegoro dibatasi oleh aliran Sungai Bengawan Solo.
“Harapannya JLS tidak hanya membawa manfaat hari ini saja, tetapi juga membawa dampak ke depan tata kota yang baik,” lanjutnya.
Lebih jauh, Bupati Wahono juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan modern dengan nilai-nilai kearifan lokal dalam setiap langkah pengembangan wilayah.
“Juga, tata kota yang modern dan tata sosial dengan kearifan lokal yang harus tetap dijaga,” pungkasnya.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait