“Kenapa, karena inilah yang dimengerti generasi Y dan Z. Nah inilah yang ke depan sepertinya akan menjadi perhatian kami, khususnya media mainstream seperti RCTI, iNews, GTV untuk melakukan klarifikasi terhadap hoaks yang dibuat oleh media sosial. Jadi jangan sampai berita yang kemudian tidak benar dianggap benar,” kata Bagja.
Sebab, kata dia, jika merujuk dari Pemilu 2019 kemarin, media sosial telah menjadi salah satu sumber yang memicu eskalasi polarisasi di tengah masyarakat. Bagja meyakini hal serupa juga bisa berpotensi terjadi di 2024 mendatang.
"Media sosialnya apakah segarang 2019? saya yakin lebih garang lagi," ujarnya.
Bagja pun turut menyinggung salah satu contoh berita hoaks yang pernah menghebohkan masyarakat pada Pemilu 2019 kemarin, dimana medsos memberitakan tentang adanya kontainer yang berisikan surat suara yang telah tercoblos sebelum pemungutan suara dilakukan. Namun, dia bersyukur isu tersebut meredam karena kehadiran peran dari media mainstream.
"Kemudian teman-teman di iNews dan kawan-kawan mengklarifikasi hal tersebut. Akhirnya berita tersebut redam dengan sendirinya. Inilah yang kami inginkan kerja sama dengan teman-teman MNC," katanya.
Editor : Prayudianto