BOJONEGORO, iNewsBojonegoro.id - Universitas Bojonegoro (Unigoro) kolaborasi bersama ExxonMobil Cepu Ltd. (EMCL) berhasil menanam sebanyak 1.300 bibit pohon di kawasan kaki Gunung Pandan, tepatnya di Desa Klino, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (13/8/2025). Penanaman ini merupakan bagian dari Program Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) yang berfokus pada kampanye penghijauan di wilayah Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan.
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Bupati Bojonegoro Setyo Wahono, perwakilan EMCL, Direktur Utama PT ADS Bojonegoro, Direktur Perumda Air Minum, Kepala Administratur Perhutani Bojonegoro, instansi dinas terkait, serta warga Desa Klino.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unigoro, Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menjelaskan bahwa kegiatan penanaman ini melibatkan mahasiswa dari Kelompok 21 Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-TK) Unigoro yang tengah menjalankan pengabdian di Desa Klino.
Menurut Laily, kawasan kaki Gunung Pandan dipilih secara khusus karena memiliki karakteristik yang mendukung kegiatan konservasi air.
“Karena saat ini di Klino tercatat memiliki sumber mata air yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Lalu posisinya di kaki Gunung Pandan. Di sana ada dua DAS (daerah aliran sungai) penting, Sungai Gandong dan Sungai Tidu. Sehingga untuk konservasi kawasan tangkapan air agar impact-nya terlihat. Diharapkan bisa mengonservasi sumber mata air yang ada, sekaligus meningkatkan debitnya,” jelasnya, Kamis (14/8/2025).
Laily juga menjelaskan bahwa jenis-jenis pohon yang ditanam telah disesuaikan dengan kondisi ekosistem dan kebutuhan masyarakat setempat. Bibit pohon alpukat, kopi, dan jeruk dipilih agar nantinya dapat dimanfaatkan secara ekonomi oleh warga. Sementara itu, bibit beringin, asam jawa, dan gayam ditanam untuk mendukung konservasi sumber mata air.
“Seperti pohon kopi di Klino sudah berhasil tumbuh. Jadi jenis pohon yang ditanam memang sudah sesuai kebutuhan,” ujar dosen Program Studi Ilmu Lingkungan Unigoro tersebut.
Unigoro juga merencanakan ekspansi program penghijauan ke Kabupaten Tuban. Namun, sebelum pelaksanaan, akan dilakukan pemetaan lahan terlebih dahulu. Hal ini dinilai penting untuk memastikan lokasi penanaman yang tepat agar hasilnya optimal.
Lebih lanjut, Laily menekankan pentingnya pengukuran dampak secara ilmiah melalui penghitungan sekuestrasi karbon, yakni jumlah karbon yang berhasil diserap pohon dari atmosfer.
“Dampak penghijauan juga harus dapat dinilai secara empiris, sehingga harus disertai dengan penghitungan sekuestrasi karbon. Agar semua pihak mengetahui secara riil dan memiliki data terukur tentang jumlah karbon yang berhasil terserap dari program penanaman,” pungkasnya.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait