KEDUNGADEM, iNewsBojonegoro.id - Dugaan keracunan massal akibat konsumsi Menu Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro. Ratusan siswa dari jenjang SD, MTs, hingga SMA dilaporkan mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi dua jenis menu MBG berbeda, yang masing-masing dipasok oleh dua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang berbeda pula.
Menu pertama yang dikonsumsi oleh siswa SMAN 1 Kedungadem pada Rabu (1/10/2025) pagi berisi nasi kuning, ayam suwir, oseng tempe, dan acar. Menu ini dipasok oleh SPPG dari Desa Sidorejo.
Sementara itu, siswa SDN Tumbrasanom dan MTs Plus Nabawi mengalami dugaan keracunan setelah mengonsumsi menu MBG pada Kamis (2/10/2025) pagi yang terdiri dari nasi putih, oseng buncis, orek tempe, telur puyuh rebus, pisang, dan sekotak susu. Menu ini dipasok oleh SPPG dari Desa Drokilo.
Menindaklanjuti laporan kasus tersebut, Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah bersama Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Ninik Susmiati melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke tiga sekolah terdampak: SMAN 1 Kedungadem, SDN Tumbrasanom, dan MTs Plus Nabawi.
Dalam sidak di SDN Tumbrasanom, rombongan menemukan tumpukan tempat makan MBG kotor tersusun di depan ruang guru. Sejumlah makanan MBG yang belum sempat dikonsumsi, termasuk susu kotak, masih tersimpan dan diperiksa. Susu dinyatakan masih dalam kondisi aman dengan tanggal kedaluwarsa yang cukup lama.
Namun, perhatian mengarah pada kemungkinan kontaminasi dari oseng buncis dan kondisi nampan makanan yang diduga tidak steril. Satu nampan berisi menu MBG lengkap kemudian diamankan oleh petugas untuk dilakukan uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Bojonegoro.
Kepala Dinkes Bojonegoro, Ninik Susmiati, menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil sejumlah sampel makanan serta sampel dari dapur SPPG yang mendistribusikan makanan ke sekolah.
"Sudah kita ambil sampel, untuk diperiksa. Penyebab pastinya sakitnya siswa ini tunggu hasil pemeriksaan Labkesda," ujarnya singkat.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan sumber keracunan, sembari mengimbau masyarakat tidak berspekulasi sebelum hasil resmi keluar.
Editor : Dedi Mahdi
Artikel Terkait